Artikel Berita
Beranda » Identitas di Persimpangan: Melihat Tantangan Budaya Jawa Masa Kini

Identitas di Persimpangan: Melihat Tantangan Budaya Jawa Masa Kini

Sekretaris PC PMII Blitar, Imam Taufiq.
Sekretaris PC PMII Blitar, Imam Taufiq. (Dok. Pribadi)

Blitar – Imam Taufiq, Sekretaris Pengurus Cabang (PC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Blitar Raya, menyampaikan keprihatinannya terhadap tantangan zaman yang dihadapi masyarakat Jawa hari ini.

Dalam berbagai kesempatan, ia menekankan bahwa masyarakat Jawa tengah berada di persimpangan jalan budaya yang mengkhawatirkan—dimana tradisi, bahasa, dan etika yang menjadi identitas kejawaan mulai memudar.

“Wong Jawa meh ilang jawane,” ujar Imam, Selasa, 27 Mei 2025, dengan nada serius, mengutip ungkapan yang menggambarkan hilangnya ruh dan nilai-nilai luhur orang Jawa.

The Attraction of Serang Beach, Blitar in the South Sea of ​​Java, Indonesia

Ia menilai, arus modernisasi yang tak diimbangi dengan pelestarian budaya justru menciptakan kekosongan identitas di kalangan generasi muda. Bahasa Jawa tidak lagi menjadi bahasa sehari-hari, tata krama khas Jawa semakin ditinggalkan, dan tradisi mulai dianggap usang.

Sebagai kader PMII, Imam melihat pentingnya membangun kesadaran kultural di tengah masyarakat, khususnya di kalangan mahasiswa.

Menurutnya, perjuangan intelektual tak hanya soal wacana nasional dan global, tetapi juga tentang menjaga akar budaya sendiri agar tidak tercerabut.

Deklarasi Murnajati 14 Juli 1972: Saat PMII melepaskan diri dari NU, karena terlalu ambil peran dalam Pemilu

“Kita bukan anti-kemajuan, tapi jangan sampai kemajuan membuat kita kehilangan jati diri. Menjadi Jawa, menjadi Indonesia, adalah kekuatan,” tegasnya.

Dengan semangat tersebut, dia mengajak seluruh elemen masyarakat, terutama pemuda, untuk kembali mengenali, mencintai, dan melestarikan budaya Jawa sebagai bagian dari khazanah Islam Nusantara dan warisan kebangsaan. (Blt)

Soroti pendirian pos pengawasan tambang, aktivis PMII ini beri catatan Pemkab Blitar
×