Artikel Opini
Beranda » Sejarah Dunia: Perang Salib I (1095 – 1099): Awal Penaklukan Barat atas Yerusalem

Sejarah Dunia: Perang Salib I (1095 – 1099): Awal Penaklukan Barat atas Yerusalem

Lukisan yang menggambarkan berlangsungnya Perang Salib I
Lukisan yang menggambarkan berlangsungnya Perang Salib I. (Foto: historynet.com)

Perang Salib I bermula dari seruan Paus Urbanus II dalam Konsili Clermont tahun 1095. Ia menyerukan umat Kristen di Eropa untuk merebut kembali Yerusalem dari tangan Muslim. Ajakan itu disambut dengan antusias bukan hanya oleh bangsawan, tetapi juga rakyat miskin, kriminal bahkan petualang. Paus menjanjikan pengampunan dosa bagi siapa pun yang ikut serta.

Pasukan utama Perang Salib berasal dari Prancis dan wilayah Eropa Barat lainnya. Dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Godfrey de Bouillon, Raymond dari Toulouse dan Bohemond dari Taranto, pasukan ini bergerak menuju Yerusalem.

Namun, sepanjang perjalanan terutama di wilayah Hungaria dan Byzantium, banyak dari mereka melakukan penjarahan dan kerusuhan. Hal ini menimbulkan kemarahan dari Kaisar Alexius I Komnenos di Konstantinopel yang semula memberi dukungan logistik.

Begini Sejarah Kabupaten Blitar, Banyak yang Belum Tahu

Kekacauan ini sempat merusak hubungan antara pasukan salib dan Kekaisaran Byzantium. Namun demikian, pasukan utama tetap melanjutkan perjalanan ke wilayah yang saat itu yang dikuasai oleh Kesultanan Seljuk dan kemudian menuju Yerusalem yang berada di bawah kekuasaan Dinasti Fatimiyah berpaham Syiah.

Kelemahan dunia Islam akibat perpecahan internal membuat serangan pasukan salib tidak mendapatkan perlawanan berarti.

Pada tahun 1099, pasukan salib sampai di Yerusalem dan mengepung kota tersebut. Setelah beberapa minggu pengepungan, mereka berhasil menembus pertahanan dan merebut kota. Yerusalem jatuh ke tangan pasukan salib dan terjadi pembantaian besar-besaran terhadap penduduk Muslim, Yahudi bahkan umat Kristen Timur. Sekitar 50.000 orang tewas dalam pembantaian itu.

Proses Kaderisasi Formal PMII: Dari Mapaba Hingga PKN

Setelah kemenangan tersebut, para pemimpin Salib mendirikan Kerajaan Latin Yerusalem dan Godfrey de Bouillon ditunjuk sebagai penguasanya. Ia menolak gelar “raja” dan memilih disebut sebagai “Pelindung Makam Suci.” Kerajaan ini menjadi koloni Kristen Latin pertama di wilayah Timur Tengah dan menjadi basis kekuatan Barat selama hampir satu abad.

Kemenangan ini dianggap sukses besar oleh Eropa Barat. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa kemenangan militer tersebut dicapai melalui kekejaman dan penindasan. Sementara itu, umat Islam belum mampu memberikan respons yang kuat akibat lemahnya koordinasi antara Dinasti Abbasiyah, Fatimiyah serta Seljuk.

Perang Salib I mengubah dinamika politik dan agama di kawasan Timur Tengah. Dunia Islam yang semula terpecah mulai menyadari ancaman besar dari Barat. Kesadaran inilah yang kelak memunculkan tokoh-tokoh perlawanan besar dari dunia Islam di perang-perang berikutnya.

Masjid Ar-Rahman Blitar: Merasakan Nuansa Masjid Nabawi di Tanah Air  

Meski berhasil mendirikan koloni di jantung dunia Islam, pasukan salib belum menghadapi kekuatan Islam yang sesungguhnya. Perlawanan umat Muslim baru benar-benar terorganisir di dekade-dekade berikutnya.

Perang Salib I menjadi pembuka dari bab panjang konflik Timur dan Barat yang berlanjut dalam Perang Salib II (1147–1149). Peristiwa ini sebuah respons awal dunia Islam terhadap penjajahan Kristen di Tanah Suci. (Blt)

×