Blitar – Di balik semangkuk pecel yang sederhana, tersimpan kisah inspiratif dari sosok tangguh bernama Mbok Marti. Sejak 1980-an, ia telah merintis usaha kuliner Pecel Pawon yang kini menjadi salah satu ikon kuliner khas di Blitar.
Sebelum berjualan pecel, perjalanan hidup Mbok Marti tak mudah. Ia pernah menekuni berbagai pekerjaan, mulai dari menjual beras pikul hingga menjadi penjahit, sebelum akhirnya mantap memilih berjualan pecel di rumahnya.
Dedikasi dan ketekunannya membuat Pecel Pawon tetap bertahan hingga puluhan tahun.
Sesuai namanya, pecel disajikan langsung dari pawon atau dapur tradisional. Pengunjung bisa menikmatinya di teras rumah yang luas dengan suasana klasik, memberi pengalaman makan seperti di rumah sendiri.
Seporsi pecel di sini terdiri dari nasi dengan aneka sayuran segar seperti singkong, tauge, kemangi, dan mentimun, lengkap dengan tahu, tempe, rempeyek, serta bumbu kacang yang gurih, kental, dan sedikit pedas.
Dengan harga Rp9.000, pelanggan sudah bisa menikmati kelezatan pecel sekaligus teh hangat sebagai pelengkap.
Lebih dari sekadar warung makan, Pecel Pawon juga menjadi sumber rezeki bagi keluarga dan tetangga sekitar. Meski usia Mbok Marti kini sudah lanjut, semangatnya tetap menyala. Proses memasak memang telah banyak dibantu menantu dan tetangga, namun kehadirannya masih menjadi jiwa dari warung sederhana ini.
Dari hasil usahanya, Mbok Marti berhasil membesarkan kelima anaknya hingga sukses, bahkan mendukung cucu-cucunya berkuliah. Selain pecel siap santap, ia juga menjual bumbu pecel kemasan dengan harga Rp60.000 per kilogram.
Pecel Pawon Mbok Marti bukan hanya soal kuliner, tapi juga kisah tentang perjuangan, cinta, dan tradisi yang terus hidup dari generasi ke generasi. (Blt)
