Artikel Opini
Beranda » Mengapa thrifting-an banyak merek branded, orinya kadang ngga njamin?

Mengapa thrifting-an banyak merek branded, orinya kadang ngga njamin?

Barang thrift yang biasa dijual di pasaran. (Foto: Alex Cahyono)

Thrifting sekarang jadi budaya baru di kalangan Gen Z, bukan cuma karena harganya ramah dompet, tapi juga karena banyaknya pilihan brand terkenal yang berjajar di setiap lapak. Mulai dari sportswear sampai casual premium, semuanya seolah numpuk tanpa henti.

Wajar kalau muncul pertanyaan, “Kok barang thrift banyak yang branded, tapi orinya kadang meragukan?” Bahkan ketika nemu yang keliatan ori, tetap saja terasa “nggak yakin”.

Faktanya, munculnya banyak brand besar di dunia thrifting bukan sesuatu yang aneh. Industri fashion global lagi mengalami overproduksi besar-besaran, dan negara maju punya budaya buang-buang pakaian karena tren cepat berubah.

BliTAX Award 2025, Bapenda Kabupaten Blitar apresiasi wajib pajak untuk dorong kemandirian fiskal daerah

Barang yang masih bagus bahkan yang baru dipakai beberapa kali, akhirnya masuk jalur donasi dan dikirim ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Di situlah tumpukan barang branded lahir lengkap dengan yang reject pabrik, sisa display toko atau sampel yang gagal lolos QC.

Tapi perlu dipahami juga kalau nggak semua barang branded di thrift itu otomatis ori. Pasar thrift punya jalur pasokan yang campur aduk mulai kontainer impor, preloved lokal, sisa produksi sampai barang KW yang sengaja dibuat seakan-akan “second hand”.

Repro dan KW premium sekarang makin mirip aslinya, bikin banyak orang sulit membedakan. Karena itu, wajar kalau barang branded di thrift kadang ori, kadang juga KW terselip tanpa ketahuan.

PC PMII Blitar sampaikan poin-poin rekomendasi kepada Polres Blitar Kota

Meski begitu, bukan berarti barang ori itu langka. Justru banyak banget barang asli berkualitas yang masuk thrift karena pemilik sebelumnya cepat bosan, ganti gaya tiap musim atau hanya decluttering.

Di negara asal, pakaian branded sering dibuang padahal kondisinya masih sangat layak. Kombinasi budaya konsumtif dan overproduksi inilah yang bikin thrift store kebanjiran pakaian bagus, kadang bahkan masih ada tag-nya.

Thrifting tetap jadi pilihan menarik buat Gen Z. Tapi penting, jangan terlalu percaya pada label brand lebih percayalah pada kualitas bahan, detail jahitan serta reputasi lapaknya.

Hari ini, PSBI Blitar gelar latihan finishing dan sesi foto jersey resmi

Dunia thrift itu campuran antara barang ori, KW, reject serta hidden gems yang kadang bikin kita ketagihan berburu. Justru dari campuran itulah serunya thrifting yaitu murah, unik, berkarakter sekaligus tetap relevan dengan gaya hidup kekinian. (Ke/ha)

×