![]() |
Sekretaris Umum PMII Blitar, Muhammad Thoha Ma’ruf. |
Bicara Blitar–Sekretaris Umum (Sekum) Pengurus Cabang (PC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Blitar, Muhammad Thoha Ma’ruf menyebut peringatan 1 Abad NU harus menjadi momentum untuk melahirkan ide dan gagasan baru dari Nahdlatul Ulama (NU).
Menurutnya, momentum 1 Abad bukan hanya menjadi ajang untuk mengumpulkan massa NU dalam sebuah acara seremonial, ataupun menjadi ajang bertegur sapa sesama Nahdliyyin dari berbagai daerah.
“Sehingga harus ada rumusan atau gagasan baru dari NU yang dilahirkan untuk gebrakan menuju abad kedua ini. Memang di sisi lain juga perlu ada perayaan sebagai syiar Nahdliyyin,” katanya, Senin (06/02/2023).
Mantan Ketua Komisariat PMII Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar 2020-2021 ini menjelaskan, rumusan yang lahir dari NU harus menjadi bahasan Pengurus Besar (PB) maupun Pengurus Cabang (PC).
“Kemudian di stuktural PC ke bawah punya tugas merawat akar rumput NU agar fungsi dan tujuan organisasi ini bisa terwujud, bukan hanya yang penting ada wujudnya saja,” ujarnya.
Ia mencontohkan terkait peran NU dalam kehidupan bermasyarakat. Ia mengatakan, NU harus bisa mengambil peran yang lebih dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
“Keberadaan sekolah dan perguruan, misalnya. Selama ini pendidikan yang dikelola oleh NU terkesan kurang menarik bagi mahasiswa. Ini harus dicari solusinya, bagaimana agar menarik dan menjadi tempat lahir akademisi dari NU,” tandasnya.
Pada sektor lain, kata pria jebolan Unisba Blitar ini, NU juga harus bisa mengambil peran dalam bidang kesehatan dan perekonomian. Dengan begitu tidak ketergantungan terhadap fasilitas kesehatan daerah ataupun pusat perbelanjaan milik perusahan swasta.
“Artinya, dengan jumlah massa yang sangat banyak, ini menjadi peluang besar untuk bisa maju dalam berbagai bidang. Dengan kata lain NU ini bisa mandiri, dengan konsep dari Nahdliyyin, oleh Nahdliyyin dan untuk Nahdiyyin,” tegasnya.
Pria kelahiran 4 Agustus 1999 ini menambahkan, pada momentum 1 Abad, juga perlu ditegaskan NU bukan komoditas politik yang hanya dimanfaatkan pada momentum Pemilihan Umum (Pemilu, karena mempunyai basis massa yang besar.
“Organisasi ini perlu menjadi tempat sebagai upaya pengorganisasian potensi dan peran ulama pesantren yang sudah ada untuk ditingkatkan dan dikembangkan lebih luas lagi,” pungkasnya.