Artikel Opini

Resensi Novel Garis Waktu karya Fiersa Besari

Sampul buku Garis Waktu Fiersa Besari. (Dok. Internet)

Identitas Buku

Judul: Garis Waktu
Penulis: Fiersa Besari
Negara Penerbit: Indonesia
Penerbit: MediaKita
Tahun Terbit: 2016
Jumlah Halaman: 212 halaman
Genre: Fiksi, Romansa, Filosofis

Tentang Buku

Hujan deras picu longsor di Gandusari Blitar, satu keluarga alami luka dan robohkan rumah

Novel Garis Waktu adalah karya fenomenal dari Fiersa Besari seorang musisi, penulis, sekaligus pendaki yang dikenal dengan gaya bahasanya yang puitis dan penuh renungan. Buku ini bukan hanya kisah cinta biasa melainkan catatan perjalanan hidup yang diwarnai kehilangan, keikhlasan serta pencarian makna diri.

Melalui novel ini dengan tokoh “aku” dan “kamu”, Fiersa mengajak pembaca menelusuri alur waktu kehidupan manusia dari fase jatuh cinta yang membuncah, melalui lembah patah hati yang dalam hingga akhirnya menemukan kebijaksanaan untuk berdamai dengan diri sendiri.

Tema dan Makna Kehidupan dalam Garis Waktu

Balita usia 3 tahun di Blitar meninggal tersengat listrik dari gardu PLN, siapa yang bertanggung jawab?

Tema utama novel ini adalah perjalanan cinta dan pendewasaan diri. Namun di balik kisah romantisnya, tersimpan banyak lapisan makna yang menyentuh:

1. Cinta yang Mengajarkan Keikhlasan
Novel ini menegaskan bahwa cinta sejati bukan tentang memiliki, melainkan tentang memahami. Fiersa menggambarkan bagaimana mencintai seseorang tanpa ekspektasi adalah bentuk cinta yang paling dewasa.

2. Kehilangan yang Membentuk Diri
Dalam luka, manusia tumbuh. Fiersa menulis dengan lembut bahwa kehilangan bukan akhir dari segalanya, melainkan awal dari perjalanan menemukan diri sendiri.

Perampokan pecah kaca di Blitar, uang Rp150 juta untuk bayar panen jagung raib

3. Waktu sebagai Penyembuh
Judul “Garis Waktu” menjadi simbol bahwa hidup ini adalah perjalanan panjang yang penuh pembelajaran. Setiap momen, baik indah maupun pahit adalah bagian penting dari proses menjadi manusia yang lebih matang.

Gaya Penulisan: Puisi dalam Bentuk Prosa

Salah satu keistimewaan novel ini adalah bahasanya yang puitis dan filosofis. Setiap paragraf terasa seperti bait lagu atau sajak yang dalam. Pembaca seolah tidak hanya membaca kisah, tetapi juga mendengarkan suara hati penulis melalui pengalaman yang ditulisnya.

East Java local guides gelar acara “Tanya Jawab Connect Bareng Moderator” secara online

Fiersa menulis dengan cara yang sederhana namun mengena. Ia mengajak pembaca merenung melalui diksi yang lembut dan penuh makna. Tak heran jika banyak kutipan dari Garis Waktu viral di media sosial karena kekuatannya menyentuh sisi emosional pembaca.

Beberapa kutipan yang menggugah di antaranya:

“Jatuh cinta tidak mengenal ‘tipe’. Kau takkan peduli fisik dan isi kepalanya. Yang kau tahu hanyalah: jantungmu berdebar kencang bila berada di dekatnya.”

“Menyayangimu sangatlah mudah, aku bisa melakukannya berulang kali tanpa pernah merasa bosan. Yang sulit itu cara menunjukannya.”

“Tidak ada keluarga yang sempurna. Tapi, aku bersyukur lahir di keluarga ini dari rahim seorang perempuan yang mengagumkan”.

“Susah dan senang, jatuh dan bangun, gembira dan terluka, aku bersamamu. Aku bersamamu untuk menuntun, bukan menuntut; menggandeng, bukan menarik paksa; memercayai, bukan mencuriga; membahagiakan, bukan membahayakan. Jadi jangan menyerah… jangan hari ini.”

“Ketika kau melakukan usaha mendekati cita-citamu, di waktu yang bersamaan cita-citamu juga sedang mendekatimu. Alam Semesta bekerja seperti itu.”

“Jadi luangkan waktumu sejenak. Nikmati kebahagiaan kecil dalam harimu. Tertawalah bersyukurlah. Entah jalur apapun yang kita ambil, ujung dari sebuah kehidupan adalah kembali ketanah.”

“Dulu kita selalu mengucap kata sayang di penghujung malam. Kini kita tidak lebih dari dua orang asing yang merindukan masa lalu secara diam-diam.”
Pesan Moral dan Refleksi Diri

Novel Garis Waktu tidak hanya menawarkan kisah cinta, tetapi juga pelajaran hidup yang universal. Fiersa ingin menyampaikan bahwa hidup tidak selalu berjalan sesuai keinginan. Kadang, kita harus menerima kehilangan untuk menemukan sesuatu yang lebih besar yakni kedewasaan dan kebijaksanaan.

Nilai Estetika dan Relevansi dengan Generasi Muda

Garis Waktu menjadi sangat populer di kalangan muda karena berhasil menggambarkan realitas emosional generasi saat ini yang mencintai dalam diam, kehilangan dalam senyap serta tumbuh dalam luka.

Novel ini relevan dengan kehidupan anak muda modern yang sering mencari makna di tengah kerapuhan cinta. Setiap kalimat dalam buku ini terasa seperti teman dalam perjalanan sunyi, menenangkan ketika dunia terasa bising ini.

Penilaian Akhir

Kekuatan:
– Bahasa indah dan penuh makna.
– Menghadirkan kedalaman emosional yang jarang ditemukan dalam novel romansa biasa.
– Sarat dengan nilai reflektif yang membuat pembaca merenungi hidup.

Kelemahan:
– Struktur non-linear bisa membingungkan bagi sebagian pembaca.
– Beberapa bagian terasa repetitif dalam ungkapan puitisnya.

Kesimpulan

Novel Garis Waktu karya Fiersa Besari adalah sebuah perjalanan batin yang tidak hanya bercerita tentang cinta, tapi juga tentang menemukan makna dalam kehilangan.

Setiap kalimat dalam buku ini seperti serpihan jiwa yang menenangkan pembacanya. Jika kamu sedang berada dalam fase mencari arti hidup atau berusaha sembuh dari luka masa lalu, maka buku ini akan menjadi teman yang paling jujur dan hangat menemani.

×