Blitar – Gud Tymbro adalah sosok pemuda sekaligus santri yang punya cara unik dalam berdakwah. Di tengah banyaknya dai muda yang menempuh jalannya masing-masing, ia memilih jalur yang berbeda: menyandingkan kecintaan pada Manchester United dengan pesan-pesan keagamaan.
Nama aslinya adalah Mamba’ul Huda, pemuda berusia 30 tahun yang lahir dan besar di Blitar. Ia menempuh pendidikan tinggi di Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir IAIN Kediri, sekaligus mengenyam pendidikan pesantren di Al-Amien, asuhan KH. Anwar Iskandar, pesantren yang membentuk dasar keilmuannya dalam bidang agama.
Ketenaran nama “Gud Tymbro” tidak hadir begitu saja. Ia mendadak viral ketika salah satu sound TikTok ciptaannya dipakai oleh akun resmi Manchester United, klub sepak bola raksasa asal Inggris.
Peristiwa itu sontak menggemparkan para penggemar bola di Indonesia, khususnya mereka yang juga mencintai Manchester United. Sejak saat itu, nama Tymbro dengan Blitar Tengah Wengi yang dimilikinya semakin dikenal luas, bukan hanya di kalangan santri atau jamaah majelis taklim, tetapi juga di antara komunitas suporter sepak bola.
Awal mula jadi penggemar Manchester United
Kecintaannya terhadap Manchester United bermula sejak masa kecil. Ketika duduk di bangku sekolah dasar, ia menyaksikan masa kejayaan “Setan Merah” pada tahun 2008—masa di mana MU begitu digdaya dengan deretan bintang lapangan hijau.
Dari situlah tumbuh rasa kagumnya yang kemudian melekat hingga kini. Bagi Gud Tymbro, MU bukan sekadar klub sepak bola, tetapi juga medium kreatif untuk menyampaikan dakwah yang dekat dengan kehidupan anak muda.
Ciri khas Gud Tymbro terletak pada caranya menjembatani dunia olahraga dengan dunia dakwah. Ia menyadari betul bahwa jumlah penggemar sepak bola di Indonesia sangat besar, namun ruang dakwah di ranah tersebut masih jarang tersentuh.
“Saya ingin menunjukkan bahwa agama bisa hadir dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk hobi yang digandrungi banyak orang,” katanya, Senin, 18 Agustus 2025.
Sejak tahun 2020, Gud Tymbro mulai aktif mengisi majelis dzikir dan sholawat di berbagai tempat, khususnya di wilayah Blitar. Dalam setiap penampilannya, ia membawa suasana dakwah yang segar: penuh canda, jenaka, namun tetap sarat makna.
Salah satu majelis yang sering ia isi adalah Majelis Tombo Ati di Cabean, Plosokerep, Sananwetan, Kota Blitar. Di tempat itu, ia kerap membawakan lagu-lagu bernuansa religius yang berisi ajakan untuk beriman, bertakwa, serta menuntut ilmu.
Kutipan-kutipan dakwahnya, yang seringkali dibalut humor segar, dengan cepat menyebar di media sosial. Video pendek berisi pesan agama namun dikaitkan dengan nuansa Manchester United kerap viral, terutama di kalangan anak muda dan komunitas suporter.
Cara bicaranya yang luwes dan gaya khasnya yang riang membuat pesan agama terasa lebih ringan, sekaligus lebih dekat dengan keseharian audiensnya.
Kini, Gud Tymbro bukan hanya dikenal sebagai santri atau penceramah, tetapi juga simbol kreativitas dakwah anak muda. Ia menunjukkan bahwa dakwah tidak harus selalu formal dan kaku.
Dengan sentuhan unik, menggabungkan kecintaan pada Manchester United dengan pesan-pesan keagamaan, Tymbro berhasil menarik hati banyak orang, menjadikan dakwah lebih membumi, segar, dan relevan dengan zaman. (Blt)