Artikel Opini
Beranda » Melihat Sejarah Konflik Palestina – Israel

Melihat Sejarah Konflik Palestina – Israel

Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin (kiri) dan Ketua Organisasi Pembebasan Palestina Yasser Arafat (kanan) berjabat tangan di Gedung Putih di hadapan Presiden Bill Clinton pada bulan September 1993. (Getty Images)
Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin (kiri) dan Ketua Organisasi Pembebasan Palestina Yasser Arafat (kanan) berjabat tangan di Gedung Putih di hadapan Presiden Bill Clinton pada bulan September 1993. (Getty Images)

Konflik Palestina-Israel bermula pada 1948, saat negara Israel secara resmi diproklamasikan pada 14 Mei 1948 oleh David Ben-Gurion di atas wilayah historis Palestina dan mendapat pengakuan dari PBB (Perserikatan Bangsa – Bangsa).

Pembentukan ini menyebabkan pengusiran massal ratusan ribu warga Palestina juga memicu perang antara Israel dan negara-negara Arab tetangga. Sejak saat itu pertikaian atas tanah, identitas serta hak menjadi konflik geopolitik yang berkepanjangan.

Ketegangan meningkat tajam dalam Perang Enam Hari pada 1967, ketika Israel menyerang lebih dulu dan berhasil merebut wilayah besar dari Mesir, Yordania serta Suriah, termasuk Tepi Barat dan Jalur Gaza.

PC PMII Blitar Audiensi dengan AKN Putra Sang Fajar, Bahas Program Peningkatan Popularitas Kampus

Kekalahan ini mempermalukan negara-negara Arab dan memperkuat posisi Israel sebagai kekuatan militer utama di Timur Tengah. Sementara itu, rakyat Palestina semakin kehilangan kedaulatan atas tanah mereka.

Pada 6 Oktober 1973, Mesir dan Suriah menyerang Israel secara mendadak dalam Perang Yom Kippur. Meski sempat mengejutkan, Israel akhirnya kembali unggul setelah mendapat bantuan militer dari Amerika Serikat. Sebagai respons, Arab Saudi memboikot ekspor minyak ke Amerika Serikat yang menyebabkan krisis energi global dan menyoroti dampak konflik ini pada tatanan dunia.

Namun, embargo minyak tak bertahan lama. Setelah Raja Faisal dari Arab Saudi dibunuh pada 25 Maret 1975 oleh keponakannya sendiri yakni, Pangeran Faisal bin Musaid anak dari Musaid bin Abdulaziz, yang baru saja kembali dari Amerika Serikat. Setelahnya kebijakan minyak terhadap Barat dilonggarkan.

Tingkatkan Kesejahteraan Petani Tembakau, DKPP Kabupaten Blitar Optimalkan DBHCHT 2025

Tekanan internasional mendorong jalan damai dan pada 17 September 1978, terjadilah Perjanjian Camp David antara Israel dan Mesir. Akibat perjanjian ini membuat Mesir menjadi negara Arab pertama yang mengakui Israel secara resmi.

Upaya perdamaian itu membawa gejolak. Presiden Mesir, Anwar Sadat yang menandatangani perjanjian tersebut  dibunuh pada 6 Oktober 1981 oleh kelompok radikal dalam negerinya sendiri. Ini menjadi bukti bahwa jalan diplomasi di kawasan tersebut selalu dibayangi bahaya dari dalam dan luar.

Situasi di wilayah pendudukan Palestina semakin memanas hingga akhirnya pada 9 Desember 1987 pecahlah Intifada, sebuah gerakan perlawanan rakyat Palestina terhadap penjajahan Israel. Intifada ini melibatkan aksi-aksi demonstrasi, pemogokan, serta bentrokan sipil menjadi bentuk nyata perlawanan rakyat terhadap represi militer.

Identitas di Persimpangan: Melihat Tantangan Budaya Jawa Masa Kini

Tahun 1988, muncul kelompok perlawanan baru yakni Hamas (Harakat al-Muqawama al-Islamiya) yang mengusung ideologi Islamis dan perjuangan bersenjata melawan Israel. Dipimpin oleh Syekh Ahmad Yasin. Hamas muncul sebagai tandingan dari pendekatan diplomatik yang dianggap gagal. Sejak itu, perlawanan Palestina semakin tajam.

Harapan sempat muncul pada 1993, saat ditandatanganinya Perjanjian Oslo oleh Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin dan Pemimpin PLO (Palestine Liberation Organization) Yasser Arafat yang mengatur langkah awal menuju solusi dua negara. Namun, perjanjian ini berumur pendek. Rabin dibunuh pada 4 November 1995 oleh ekstremis Yahudi yang menolak kompromi dengan Palestina.

Kini setelah puluhan tahun, konflik Palestina-Israel masih terus terjadi. Gagalnya perjanjian damai, kekerasan dan pembantaian Israel terus berulang, blokade sekaligus pembangunan permukiman ilegal Israel menjadikan perdamaian semakin sulit dijangkau.

Dunia menyaksikan satu dari sedikit konflik modern yang belum menemukan akhir dari sebuah pertikaian panjang yang hingga hari ini tetap menyisakan luka mendalam bagi rakyat Palestina.

×