Blitar – Di jantung Kota Blitar, berdiri sebuah taman yang sarat akan cerita mistis dan legenda lokal: Taman Pecut.
Ikon utama taman ini adalah patung sebuah tangan yang menggenggam pecut dengan gagah, dikelilingi gemericik air mancur, yang kini menjadi salah satu penanda khas Kota Blitar.
Pecut dalam patung itu bukanlah sekadar hiasan. Ia adalah simbol dari Pecut Samandiman, pusaka sakti peninggalan Bupati Blitar ketiga, KPH Sosrohadinegoro.
Dalam cerita turun-temurun, Pecut Samandiman diyakini memiliki kekuatan magis luar biasa. Konon, dengan sekali lecutan, pusaka ini mampu membelah aliran lahar Gunung Kelud, sehingga menyelamatkan Kota Blitar dari bencana.
Kisah sakti tersebut melekat erat pada sosok KPH Sosrohadinegoro, seorang pemimpin yang dihormati karena dianggap memiliki kekuatan supranatural hasil tirakat panjang.
Dentuman suara Pecut Samandiman dipercaya mampu mengguncang bumi dan membelah arus lahar, menyelamatkan ribuan warga dari maut.
Meski wujud asli Pecut Samandiman kini tak lagi ditemukan, semangat dan makna pusaka itu tetap hidup di hati masyarakat Blitar. Patung di Taman Pecut menjadi simbol keberanian, perlindungan, sekaligus keteguhan dalam menghadapi tantangan zaman.
Tak hanya menghadirkan nuansa mistis, Taman Pecut juga menjadi ruang publik dan destinasi wisata budaya. Keberadaan taman ini mengajak masyarakat untuk tidak sekadar berwisata, tetapi juga merenungi nilai-nilai kearifan lokal yang diwariskan leluhur.
Di sekitar lokasi, pengunjung juga dapat mampir ke Museum Noegroho yang menyimpan koleksi benda-benda bersejarah, memperkuat atmosfer budaya dan sejarah yang melingkupi kawasan ini.
Legenda Pecut Samandiman pada akhirnya bukan hanya sekadar dongeng masa lalu, melainkan cermin warisan budaya yang terus menginspirasi generasi muda. Ia mengingatkan bahwa kekuatan spiritual dan sejarah bisa menyatu dalam simbol abadi yang menjaga identitas Kota Blitar.