Artikel Feature

Mari mengenal Masjid Tiban Mbah Wali di Udanawu Blitar

Masjid Tiban di Udanawu Blitar. (Foto: Google Maps)

Blitar – Di Dusun Gembong, Desa Temenggung, Kecamatan Udanawu, terdapat sebuah masjid bersejarah yang sarat cerita mistis, dikenal dengan nama Masjid Tiban Mbah Wali. Tidak ada catatan pasti kapan bangunan ini didirikan, sehingga menambah aura misterinya.

Menurut kisah yang diwariskan secara turun-temurun, masjid ini pertama kali ditemukan sudah berdiri utuh oleh seorang ulama bernama Abdullah Islam, atau lebih dikenal sebagai Mbah Wali. Sosoknya diyakini memiliki karomah luar biasa sehingga masjid ini kemudian menjadi pusat spiritual masyarakat.

Arsitektur masjid memikat perhatian karena menyerupai Masjid Nabawi di Madinah, lengkap dengan empat menara menjulang setinggi 17 meter di tiap sudutnya.

Hujan deras picu longsor di Gandusari Blitar, satu keluarga alami luka dan robohkan rumah

Hampir seluruh dinding dihiasi ukiran kaligrafi lafaz “Allah” tanpa huruf alif, menambah kesan unik sekaligus sakral. Material kayu jati yang digunakan membuat bangunan tampak kokoh dan berwibawa.

Di bawah masing-masing menara terdapat sumur yang airnya dipercaya membawa berkah. Legenda setempat menyebut, air tersebut bercampur dengan air zamzam yang dibawa Mbah Wali.

Sebelum berziarah ke makam Mbah Wali di area belakang masjid, pengunjung biasanya membasuh muka dengan air dari jeding di setiap menara, mengikuti urutan tertentu sebagai bagian dari ritual.

Balita usia 3 tahun di Blitar meninggal tersengat listrik dari gardu PLN, siapa yang bertanggung jawab?

Makam Mbah Wali dan dua putranya berada di ruang bawah tanah. Para peziarah kerap melakukan semacam “tawaf kecil” mengelilingi tiang utama sebelum berdoa di depan pintu berterali besi yang menjadi akses ke makam tersebut.

Tradisi ini melambangkan penghormatan mendalam terhadap Mbah Wali, yang diyakini mampu memberi isyarat akan datangnya peristiwa besar, termasuk bencana.

Hingga kini, Masjid Tiban Mbah Wali masih ramai didatangi peziarah, terutama pada malam Selasa, malam Jumat Wage, dan bulan Syawal. Tidak sekadar menjadi tempat ibadah, masjid ini juga berfungsi sebagai pusat spiritual sekaligus warisan sejarah yang meneguhkan identitas religius masyarakat Blitar.

Perampokan pecah kaca di Blitar, uang Rp150 juta untuk bayar panen jagung raib

×