Artikel
Beranda » KOPRI PMII Blitar Serukan Darurat Femisida dalam Ruang Puan Part 3

KOPRI PMII Blitar Serukan Darurat Femisida dalam Ruang Puan Part 3

 

KOPRI PMII Blitar Serukan Darurat Femisida dalam Ruang Puan Part 3
(Foto: Dokumentasi KOPRI PC PMII Blitar)

Bicara Blitar–Korps PMII Putri (KOPRI) Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Blitar menggelar acara Ruang Puan Part 3 pada Jumat, 27 September 2024.

Acara yang dihadiri oleh kader KOPRI se-Blitar Raya ini mengusung tema “Indonesia Darurat Femisida” dengan tagline, “Stop saying protect your daughter, but also educate your son”.

Mencari kebenaran Tragedi 1965, kuburan massal, penelusuran, dan pertarungan dengan negara

Acara berlangsung di Pendopo Islam Nusantara Sekardangan, mulai pukul 14.00 WIB hingga selesai.

Ketua KOPRI PC PMII Blitar, Siska Dwi Ningsih, menyampaikan bahwa tema ini diangkat karena keresahan melihat masih maraknya kasus penghilangan nyawa berbasis gender, yang dikenal sebagai femisida.

Ia menegaskan bahwa tidak sepatutnya seseorang kehilangan nyawanya hanya karena mereka perempuan.

Merawat nalar kritis perempuan, refleksi 58 Tahun KOPRI PMII

“Dengan mengangkat tema ini, saya berharap, kader KOPRI Blitar Raya dapat lebih waspada terhadap tindakan-tindakan yang mengarah ke femisida. Mengetahui gejala pelaku femisida sejak dini sangat penting sebagai bentuk antisipasi agar korban-korban femisida di kemudian hari bisa dicegah,” ujar Siska.

Baca juga: Misteri dan Sejarah Kekunaan Jimbe, Tempat Wisata Religi di Blitar

Ia juga menekankan pentingnya konsistensi KOPRI dalam merawat kesadaran perempuan, agar kasus pelecehan maupun femisida dapat dicegah sejak awal.

Tragedi 1965, luka yang diturunkan: Ingatan, trauma, dan perjuangan generasi baru

Siska berharap acara ini dapat memberikan pencerahan serta memupuk solidaritas di antara perempuan-perempuan, khususnya kader KOPRI, dalam menghadapi ancaman femisida yang terus berkembang.

“Doa selalu kita panjatkan untuk para perempuan yang menjadi korban femisida ekstrem ini. Semoga mereka diberikan tempat terbaik di sisi-Nya,” tambahnya.

Dengan adanya diskusi ini, merupakan  sebuah harapan besar agar ke depannya kesadaran tentang bahaya femisida semakin meluas, serta aksi-aksi preventif bisa lebih digalakkan di masyarakat.

Setengah abad lebih mengabdi: Menelusuri jejak perjuangan MI Ma’arif Combong Garum Blitar cetak generasi berkarakter Aswaja

Berita Terkait

×