Blitar – Komunitas Pekerja Migran Indonesia (Kopi) dari lima desa dampingan di Kabupaten Blitar, bersama Yayasan Lembaga Kajian Pengembangan Pendidikan, Sosial, Agama, dan Budaya (INFEST) Yogyakarta, menggelar pertemuan strategis untuk merumuskan Rencana Pengembangan Usaha Komunitas tahun 2026.
Pertemuan yang bertajuk “Penyusunan Strategi Pengembangan Usaha Komunitas di 5 Desa Kabupaten Blitar 2026” ini berlangsung pada Sabtu, 13 Desember 2025, di Sekretariat Kopi Gogodeso.
Diikuti oleh 32 peserta yang terdiri dari pengurus KOPI/BUMKOPI dari Desa Gogodeso, Jatinom, Pandanarum, Lorejo, dan Sumberagung, serta pengurus KOPI Kabupaten dan tim INFEST, kegiatan ini bertujuan menghasilkan rencana pengembangan usaha yang spesifik, terukur, dan strategis untuk tahun mendatang.
Sejak diinisiasi pada akhir 2022, upaya pemberdayaan ekonomi melalui usaha komunitas Kopi telah menunjukkan dinamika yang beragam. Beberapa Kopi berhasil mengembangkan usahanya secara berkelanjutan, sementara yang lain menghadapi stagnasi atau bahkan kerugian.
Ainun Naim, Ketua Kopi Gogodeso, yang menjalankan usaha toko sembako, mengakui pentingnya pertemuan ini.
“Usaha toko sembako kami di Gogodeso sudah berjalan, namun kami menyadari masih banyak celah, terutama dalam pengelolaan dan strategi pemasaran. Pertemuan ini membuka mata kami untuk lebih detail dalam perencanaan bisnis agar tidak hanya berjalan, tapi juga bertumbuh,” ujar Ainun.
Lain halnya dengan Sudarmianto, Ketua Kopi Pandanarum, yang berfokus pada pengembangan usaha pupuk organik. Ia menekankan bahwa tantangan terbesar adalah penetrasi pasar.
“Produk pupuk organik kami berkualitas, tapi akses ke pasar yang lebih luas dan pemanfaatan teknologi pemasaran masih terbatas. Kami berharap dengan strategi 2026, kami bisa menjangkau petani di luar desa kami,” ungkap Sudarmianto.
Sementara itu, Sundoko, Ketua Kopi Jatinom yang mengelola usaha es teh dan toko sembako, menyoroti aspek keterlibatan anggota.
“Semangat dan komitmen anggota dalam operasional harian sering kali naik turun. Strategi kami ke depan akan lebih menekankan pada penguatan kelembagaan dan pembagian peran yang lebih adil agar usaha ini benar-benar menjadi milik komunitas,” jelas Sundoko.
Sofwan Hadi, Manajer Program INFEST Yogyakarta, memberikan komentar mengenai inisiatif ini. Menurutnya, pemberdayaan ekonomi melalui Kopi adalah pilar penting dalam rangka memperkuat kerangka perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan keluarga di Blitar.
“KOPI didirikan sebagai support system dan mitra pemerintah desa. Setelah sukses dalam penanganan kasus dan pelatihan SDM, kini fokusnya beralih ke ekonomi. Kami melihat semangat tinggi, tetapi pengelolaan usaha butuh perencanaan yang metodis. Kegiatan hari ini sangat krusial karena mentransformasi pengalaman, baik kegagalan maupun keberhasilan, menjadi Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang terukur dan aplikatif. Kami ingin memastikan usaha komunitas ini tidak hanya bertahan, tetapi menciptakan kemandirian ekonomi bagi keluarga PMI,” tegas Sofwan Hadi. (Ha/blt)

