Blitar – Perjalanan dimulai dari sebuah rumah pergerakan, saat senja mulai datang dengan rintik hujan yang menemani. Semangat teman-teman seperjalanan membara, menaiki sebuah mobil putih yang menyusuri jalanan temaram, hanya diterangi cahaya lampu kota yang redup.
Bermodalkan Google Maps, kendaraan membawa kami menuju satu titik tujuan yang tak disangka berupa hutan sunyi, gelap tanpa tanda kehidupan. Inilah awal dari cerita menuju puncak tertinggi Desa Semen, Puncak Sekawan, di Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar.
Hembusan angin pegunungan membawa udara segar khas dataran tinggi. Di ketinggian 711 meter di atas permukaan laut, Puncak Sekawan menghadirkan pemandangan memukau, mengajak setiap pendatang untuk melepaskan penat dan menjalin kembali hubungan dengan alam.
Dari titik ini, empat gunung tampak berdiri megah seperti bentangan permadani hijau: Gunung Kawi dengan siluet tegasnya, Gunung Gogoniti yang menyimpan misteri, Gunung Gedang yang kokoh, dan Gunung Kelud dengan kisah geologi yang dalam—semuanya terlihat seolah menjaga rahasia alam Blitar.
Menuju puncak, terdapat 225 anak tangga yang harus dilalui, menyita tenaga dan semangat. Deretan pohon pinusmenciptakan lorong hijau alami, menuntun langkah demi langkah. Udara di sekitar begitu menenangkan dan menyegarkan—bahasa alam yang tak terucap namun menyembuhkan.
Di sepanjang jalur pendakian, berdiri gazebo-gazebo kecil yang menjadi tempat istirahat. Duduk di sana, tubuh dan pikiran seperti diberi ruang untuk bernapas kembali, ditemani kehijauan hutan yang menenangkan.
Ketika malam turun, pendirian tenda dilakukan dalam gelap, hanya berbekal cahaya dari senter ponsel. Di puncak, lingkaran mata angin berdiri sebagai penanda, seolah menjadi kompas spiritual yang mengingatkan bahwa kita adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar.
Sebuah kafe sederhana di puncak menjadi tempat menyatu antara manusia dan semesta. Secangkir kopi hangat, pemandangan empat gunung, dan waktu yang seolah berhenti—semua menjadi bagian dari pengalaman yang sulit dilupakan.
Saat pagi tiba, sinar mentari mengungkap keindahan luar biasa yang terbentang di depan mata. Api unggun yang menyala sejak malam memberi kehangatan, menyambut pagi yang lembut bersama embun dan udara dingin yang menyapa tubuh.
Harga tiket untuk berkemah hanya Rp20.000, dan untuk berkunjung cukup Rp10.000. Namun, nilai yang diperoleh jauh melampaui angka. Sunset yang membakar cakrawala, udara sejuk yang menyentuh jiwa, dan pemandangan empat gunung adalah hadiah dari semesta yang menyimpan ribuan kisah.
Di antara bentang hijau dan gunung-gunung megah, kita belajar bahwa keindahan hadir dalam setiap langkah dan hembusan napas alam. (Blt)