Blitar – Yayasan Infest Yogyakarta bersama Komunitas Pekerja Migran Indonesia (Kopi) Blitar menggelar Pelatihan Migrasi Aman bagi Calon pekerja migran Indonesia asal Blitar pada Rabu-Kamis, 24-25 September 2025.
Kegiatan ini menghadirkan pegiat Kopi Blitar sebagai fasilitator ini dibuka oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Blitar, Ivong Bertiyanto, dan menitikberatkan pada pemahaman prosedur penempatan yang benar, mekanisme pengaduan dan remediasi, serta kesiapan keluarga dan pengelolaan remitansi.
Selama dua hari, peserta mendapatkan panduan praktis untuk menyusun rencana migrasi yang aman dan terukur.
Sesi hari pertama menekankan orientasi migrasi aman dan regulasinya, pengenalan negara tujuan sekaligus mekanisme pengaduan, paparan hak pekerja migran dan keluarga, serta pembahasan dampak migrasi pada keluarga.
Pada hari kedua, materi berfokus pada manajemen komunikasi keluarga PMI, penyusunan rencana migrasi bersama keluarga, dan pemanfaatan remitansi sekaligus simulasi perencanaan keuangan yang memandu peserta menetapkan tujuan migrasi.
Perwakilan Infest, Sofwan Hadi, menegaskan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari kerja berkelanjutan Infest dalam penguatan ekosistem perlindungan PMI.
“Sejak 2009, Infest bergerak pada isu pekerja migran – baik di dalam negeri maupun di negara tujuan seperti Malaysia, Hong Kong, dan Arab Saudi. Pelatihan migrasi aman kami rancang agar CPMI paham prosedur dan terhindar dari risiko buruk yang mungkin dialami,” ujarnya.
Kepala Disnaker Kabupaten Blitar, Ivong Bertiyanto, menggarisbawahi pentingnya pelatihan ini sebagai upaya mengawal rencana migrasi yang telah dibuat.
“Saya pernah gagal masuk kampus negeri sehingga saya kuliah di luar negeri (swasta),“ ujarnya sambil bercanda menceritakan kisahnya saat kuliah.
Ia juga menceritakan kisah perencanaan pendidikan anaknya, namun tidak mau kuliah dan sangat bertekad menjadi polisi dan gagal berkali-kali, hingga kemudian mau mendaftar dan diterima di salah satu universitas di Jawa Timur dan IPDN pada waktu berdekatan.
Dari ceritanya, ia menggambarkan bahwa rencana yang sudah dibuat sedemikian rupa saja bisa tidak sesuai rencana, maka dari itu perlu adanya pengawalan agar tujuan dapat tercapai.
“Rencana yang baik harus dikawal, kalau tidak hanya akan menjadi rencana. Karena itu, pelatihan seperti ini penting agar CPMI dan keluarga melangkah lebih aman,” kata Ivong.
Keterlibatan aktif keluarga CPMI dalam pelatihan menjadi pembeda utama kegiatan ini.
“Saya mau ikut kegiatan karena saya mau tahu adik saya itu berangkat sesuai prosedur atau tidak,” ucap Eko Widayati salah satu keluarga CPMI saat menyampaikan harapannya untuk pelatihan ini. (Blt)