Blitar – Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (Kopri) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Madjapahit Universitas Islam Balitar menggelar diskusi tentang kemerdekaan perempuan dalam menentukan pilihan.
Acara yang bertajuk “Kelas Kopri” ini mengusung tema Women : “The Struggle For Freedom” digelar di Sekretariat PMII Unisba di Jl. Suryat, Kelurahan Gedog, Kecamatan Sananwetan kota Blitar pada Senin, 25 Agustus 2025.
Kegiatan ini menghadirkan tiga pemantik sekaligus dari Ketua Kopri PMII PK (Pengurus Komisariat) Madjapahit Unisba Blitar dan dua kader Kopri PMII Blitar Raya.
Laili Dini Sa’diyah, Ketua Kopri PMII PK Madjapahit Unisba mengungkapkan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menghidupkan diskursus Kopri yang sudah mulai surut.
Selain itu, kegiatan ini diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran kritis kader perempuan PMII tentang pentingnya kesetaraan dan kebebasan dari berbagai bentuk diskriminasi gender.
“Forum ini digelar sebagai jawaban dari mulai surutnya kultur diskusi di PMII, terutama Kopri. Maka sebagai kader Kopri wajib hukumnya membangun kembali rutinitas tersebut. Selain itu harapannya kedepan, agar forum – forum semacam ini dapat menumbuhkan kesadaran kritis kader perempuan PMII tentang pentingnya kesetaraan dan kebebasan dari berbagai bentuk diskriminasi gender”, ungkapnya.
Sedangkan Laila Mufidah, kader Kopri PMII Blitar mengatakan dengan adanya Kelas Kopri ini dapat menginternalisasi nilai-nilai keadilan dan kesetaraan gender ke dalam gerakan perempuan di lingkungan PMII, sehingga melahirkan kader Kopri yang progresif dan visioner.
“Saya rasa tema ini dipilih sebagai semangat perjuangan untuk mendorong kader perempuan agar terus bergerak. Kebebasan yang dimaksud bukanlah kebebasan tanpa arah, melainkan kebebasan yang berlandaskan pada keadilan, kesetaraan serta penghargaan terhadap martabat perempuan. Tentunya harus difahami, perjuangan perempuan bukan hanya soal melawan belenggu budaya patriarkis, tetapi juga membangun kesadaran baru yang lebih adil melalui pendekataan humanis,” katanya.
Sementara itu Renita Dwi Arini, kader Kopri PMII Blitar yang juga pemantik dalam acara tersebut menyatakan kegiatan ini dapat membangun solidaritas dan konsolidasi antar kader KOPRI sebagai basis kekuatan kolektif dalam memperjuangkan isu-isu perempuan.
Karena tanpa disadari kini Kopri mulai mengalami banyak kemunduran dalam mengawal isu tersebut, sudah sewajarnya harus perbaiki secara perlahan demi terwujudnya gerak yang lebih progresif.
“Kelas Kopri harus dimaknai sebagai ruang konsolidasi gagasan. Pertemuan dan dialektika yang terjadi di dalamnya diharapkan dapat menumbuhkan solidaritas antar kader perempuan. Solidaritas ini penting agar perjuangan tidak berjalan secara individual, melainkan kolektif sehingga memiliki dampak yang lebih besar dalam membangun kekuatan kader perempuan di Kopri,” pungkasnya. (Blt)