Artikel Opini
Beranda » Cegah Pengaruh Apatis Di Kalangan Mahasiswa, Deputi Advokasi & Kajian BEM Unisba Ini Berikan Solusi!

Cegah Pengaruh Apatis Di Kalangan Mahasiswa, Deputi Advokasi & Kajian BEM Unisba Ini Berikan Solusi!

Deputi Advokasi & Kajian BEM Unisba Blitar, Davin Valerie Putra. (Dok. Pribadi)
Deputi Advokasi & Kajian BEM Unisba Blitar, Davin Valerie Putra. (Dok. Pribadi)

Fenomena apatisme di kalangan mahasiswa hari ini semakin mengemuka dan menjadi ancaman serius terhadap peran historis mahasiswa sebagai agen perubahan (agent of change).

Mahasiswa yang dahulu dikenal sebagai pelopor gerakan sosial, kini perlahan terperangkap dalam sikap acuh terhadap isu-isu strategis yang seharusnya menjadi bagian dari ruang kepedulian mereka.

Sebagai mahasiswa Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar, yang saat ini mengemban amanah sebagai Deputi Advokasi & Kajian BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Unisba Blitar, saya menyadari betul pentingnya peran aktif dalam menjawab tantangan ini.

Kenalkan SISMIOP 2025, Cara Bapenda Kabupaten Blitar Sistem Pajak Terintegrasi dan Berbasis Digital

Selain itu, proses panjang dalam kaderisasi di PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Rayon Ali Shariati Komisariat Madjapahit Unisba Blitar, yang kini saya pimpin sebagai Ketua Rayon telah banyak membentuk nalar kritis, keberanian berbicara, dan integritas dalam berpikir serta bertindak.

Apatisme tidak hadir begitu saja, melainkan lahir dari situasi kompleks melalui ruang diskusi yang menyusut, beban akademik yang berat, hingga pragmatisme pendidikan yang semata-mata mengejar ijazah. Faktor-faktor ini menjauhkan mahasiswa dari hakikat sejatinya menjadi insan intelektual yang berpihak pada nilai-nilai perubahan.

Melihat situasi ini, saya menawarkan sejumlah langkah konkret. Pertama, membangun kembali tradisi diskusi intelektual yang membahas tema-tema aktual dan relevan, sebagai upaya memperluas horizon berpikir mahasiswa.

Lirik Lagu Tanasaghara Mata di Pesisir

Kedua, mengadakan pelatihan advokasi dan kepemimpinan berbasis nilai-nilai perjuangan, guna memperkuat kapasitas keberanian mahasiswa dalam menyuarakan kebenaran.

Ketiga, membentuk komunitas berbasis minat sosial, politik, lingkungan, dan hak asasi manusia sebagai ruang partisipasi nyata mahasiswa terhadap persoalan bangsa.

Melalui BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa), upaya ini dikonsolidasikan menjadi gerakan nyata di lingkungan kampus, dengan tujuan menghidupkan kembali budaya kritis yang hampir padam.

Mengurai Bahaya Toxic Relationship dalam Kehidupan Pribadi dan Organisasi

Gerakan ini bukan hanya sebuah program jangka pendek, melainkan akan coba saya usahakan menjadi sebuah ikhtiar panjang untuk membangun tradisi berpikir analitis, responsif, dan solutif di kalangan mahasiswa.

Saya percaya bahwa apatisme bukanlah kodrat yang tak terhindarkan. Dengan kesadaran kolektif, kerja sama lintas organisasi, dan dukungan kuat dari seluruh elemen kampus, mahasiswa dapat kembali mengambil posisi strategis dalam mengawal perubahan sosial.

Gerakan kecil yang kini sedang saya coba upayakan di Universitas Islam Balitar adalah bentuk nyata dari optimisme itu, yang diharapkan dapat menjadi contoh bagi kampus-kampus lain, khususnya di Blitar Raya.

Semangat perubahan tidak boleh padam. Dengan intelektualitas yang tajam, keberanian bertindak, dan kepekaan sosial yang terasah, mahasiswa akan tetap menjadi harapan besar bangsa dalam setiap zamannya.

×