Revolusi Bolshevik menandai titik balik besar dalam sejarah Rusia. Bermula dari kejatuhan rezim Tsar yang telah lama dikeluhkan rakyat, ketidakpuasan terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan politik Rusia mencapai puncaknya pada Februari 1917.
Saat itu, kaum liberal (Kadet) dan kelompok sosialis menggulingkan pemerintahan Tsar Nicolas II. Kekacauan yang diperparah oleh Perang Dunia I membuat posisi Tsar melemah dan setelah pengunduran dirinya, ia bersama keluarganya akhirnya dieksekusi. Berakhir sudah masa monarki absolut di Rusia, membuka jalan bagi kekuatan baru yang lebih radikal.
Pasca kejatuhan Tsar, pemerintahan sementara yang terbentuk di bawah dominasi kaum Menshevik tidak mampu menyatukan negara. Ketidakmampuan mereka dalam mengatasi krisis ekonomi dan keengganan untuk keluar dari perang memperburuk situasi. Pada Oktober 1917, kelompok Bolshevik yang dipimpin Vladimir Lenin melancarkan kudeta terhadap pemerintahan tersebut.
Revolusi Oktober pun meledak, dan dengan dukungan dari buruh, tani, serta militer, Bolshevik mengambil alih kekuasaan dan segera membentuk Tentara Merah untuk mempertahankan pemerintahan baru dari ancaman internal dan eksternal. Perang saudara pun pecah antara Tentara Merah (pro-komunis) dan Tentara Putih (pro-monarki dan anti-komunis), berlangsung hingga awal 1920-an.
Pada 1919, pemerintahan Bolshevik secara resmi mendirikan Republik Komunis Rusia dengan Lenin sebagai kepala negara. Pemerintahan ini menghapus sistem kepemilikan pribadi, menasionalisasi industri, serta mendirikan sistem ekonomi komando yang sepenuhnya dikontrol oleh negara.
Pada 30 Desember 1922, Republik Komunis Rusia, Ukraina, dan Belarusia bergabung membentuk pemerintahan federal bernama Uni Republik Sosialis Soviet (Uni Soviet). Uni Soviet tidak hanya menjadi struktur politik baru, tetapi juga alat ekspansi ideologi komunis di wilayah bekas Kekaisaran Rusia.
Setelah Lenin meninggal pada 21 Januari 1924, terjadi perebutan kekuasaan di dalam Partai Komunis. Joseph Stalin berhasil meminggirkan pesaing utamanya, Leon Trotsky, dan mengambil alih kepemimpinan negara. Stalin membentuk sistem pemerintahan yang sangat sentralistis dan represif.
Stalin meluncurkan Rencana Lima Tahun pertama (1927–1932), yang bertujuan untuk mempercepat industrialisasi dan modernisasi sektor pertanian. Meskipun berhasil meningkatkan produksi industri, program ini disertai dengan tekanan ekstrem terhadap tenaga kerja dan penggunaan kerja paksa.
Pada 1929, wilayah Uni Soviet bertambah dengan pencaplokan Tajikistan. Kebijakan Stalin berlanjut ke Rencana Lima Tahun kedua (1932–1937) yang menekankan pengembangan pertanian kolektif. Program ini menimbulkan kelaparan massal, terutama di Ukraina, dan jutaan orang tewas akibat represi negara.
Ekspansi wilayah terus dilakukan. Pada 1936, Uni Soviet mencaplok Kazakhstan, Armenia, Azerbaijan, dan Georgia. Kemudian pada 1940, Stalin memperluas wilayah ke Republik Baltik (Estonia, Latvia, dan Lithuania) serta Moldova, memperkuat cengkeraman geopolitik di Eropa Timur.
Ditahun yang sama, Leon Trotsky yang diasingkan ke Meksiko, dibunuh oleh agen Soviet. Ini menandai berakhirnya oposisi internal terakhir terhadap kekuasaan Stalin yang tak tergoyahkan. Kepemimpinan Stalin juga memasuki babak baru ketika Uni Soviet ikut serta dalam Perang Dunia II (1942–1945) melawan Nazi Jerman.
Kemenangan Uni Soviet yang bergabung dengan Sekutu dalam perang membawa dampak besar negara ini keluar sebagai salah satu kekuatan dunia. Namun, kemenangan itu dicapai dengan pengorbanan besar, baik secara material maupun manusia. Lebih dari 20 juta warga Soviet tewas dalam konflik tersebut.
Setelah Stalin wafat pada 1953, kursi kekuasaan dipegang oleh Nikita Khrushchev, yang mencoba memperkenalkan reformasi dan mengakhiri kultus individu Stalin. Meski demikian, sistem ekonomi terpusat dan birokrasi yang kaku tetap bertahan, menyebabkan stagnasi dalam pembangunan.
Pada 1979, Uni Soviet menginvasi Afghanistan dalam upaya mendukung pemerintahan komunis di sana. Namun, perang yang berlangsung lebih dari satu dekade ini menjadi bumerang. Militer Soviet menghadapi perlawanan keras dari mujahidin Afghanistan yang didukung oleh Barat. Konflik ini memperburuk citra Uni Soviet di dunia internasional.
Menjelang 1990, tanda-tanda kemunduran semakin nyata. Ekonomi memburuk, rakyat semakin kecewa, dan semangat ideologis mulai luntur. Ketidakmampuan sistem untuk beradaptasi dengan dinamika global menjadi penyebab menuju disintegrasi Uni Soviet terjadi. (blt)