Artikel
Beranda » Sejarah Desa Wlingi: Warisan Pengikut Pangeran Diponegoro di Blitar

Sejarah Desa Wlingi: Warisan Pengikut Pangeran Diponegoro di Blitar

 

Sejarah Desa Wlingi: Warisan Pengikut Pangeran Diponegoro di Blitar
(Foto: kantor.kelurahan.wlingi)

Bicara Blitar–Halo Dulur! Desa Wlingi memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan masa perjuangan Pangeran Diponegoro melawan penjajah Belanda pada abad ke-19.

Setelah Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Manado pada tahun 1830, banyak pengikut setianya yang melarikan diri dan bersembunyi. 
Wajib Tahu! Berikut 44 Asas Hukum Yang Digunakan di Indonesia

Mereka menyebar ke berbagai wilayah, termasuk ke arah timur, untuk menghindari pengejaran Belanda. Para pengikut ini menyamar sebagai petani, pedagang kecil, atau mubaligh dengan nama samaran agar tidak mudah dikenali.

Di antara para pengikut Diponegoro yang melarikan diri ke arah timur adalah Ki Ageng Pandan Rowo dan Ki Tugusari. Mereka tiba di wilayah Kabupaten Blitar, tepatnya di sebelah timur Sungai Lekso, yang saat itu masih berupa hutan belantara.

Dengan izin dari Kanjeng Bupati Blitar, mereka mulai membuka lahan hutan tersebut dengan bantuan masyarakat yang ingin menetap di daerah itu.

Cara Tidur yang Baik agar Kualitas Istirahat Optimal

Lahan yang mereka buka diberi nama Desa Wlingi, yang diambil dari banyaknya rumput Wlingen yang tumbuh di bagian utara hutan. Selain itu, di bagian tenggara dan selatan hutan banyak tumbuh pohon nangka.

Baca juga: Legenda dan Sejarah Desa Panggungrejo

Nama ini diberikan oleh Ki Ageng Pandan Rowo sebagai penanda dari ciri khas alam yang ada di wilayah tersebut.

Pemkot Surabaya dan Blitar Jalin Kerjasama Stabilisasi Harga Pangan

Untuk memenuhi kebutuhan hidup warga desa, Ki Tugusari dan penduduk setempat membangun infrastruktur seperti jalan, sawah, ladang, serta sistem pengairan. 

Sungai yang dibangun di bagian timur dikenal sebagai Sungai Dawuhan, sementara di bagian barat dinamai Sungai Lekso.

Karena mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani, desa ini dikenal dengan sebutan Wlingi Krida Martani, yang mencerminkan kehidupan warga yang aktif dalam bercocok tanam dan mengelola tanah.

Berita Terbaru

×