Blitar – Keluhan soal motor dan mobil yang tiba-tiba brebet, mogok, hingga sulit distarter mulai bermunculan di berbagai daerah. Dugaan pun mengarah pada satu hal: kandungan etanol dalam bahan bakar.
Meski etanol dikenal ramah lingkungan dan banyak dipakai di negara maju, penerapannya di Indonesia tampaknya belum siap sepenuhnya.
Beberapa pengendara mengaku kendaraan mereka bermasalah tak lama setelah mengisi bahan bakar dari SPBU yang disebut sudah menggunakan campuran etanol.
Etanol: Ramah Lingkungan, Belum Ramah Mesin
Etanol (C₂H₅OH) adalah alkohol hasil fermentasi bahan organik seperti tebu atau singkong. Dalam teori, campuran etanol—misalnya E10 (10% etanol)—bisa menekan emisi karbon dan mengurangi ketergantungan pada bensin murni.
Masalahnya, campuran yang tak presisi atau distribusi yang tak terstandar justru bisa mengacaukan mesin kendaraan konvensional yang belum dirancang untuk itu.
Efek Etanol Berlebih di Mesin
1. Mesin tersendat dan susah hidup. Etanol mudah menyerap air. Jika kandungan air berlebih, pembakaran jadi tidak sempurna dan tenaga mesin loyo.
2. Korosi di bagian logam. Etanol bersifat korosif. Dalam jangka panjang, bisa mengikis tangki, injektor, atau klep mesin.
3. Karet dan plastik cepat rusak. Seal, selang, dan karburator berbahan karet alami gampang retak saat terpapar etanol tinggi.
4. Performa turun. Nilai kalor etanol lebih rendah dari bensin, membuat mesin terasa berat dan boros bahan bakar.
5. Endapan air di tangki. Etanol menarik uap air yang kemudian mengendap dan menyumbat saluran bahan bakar.
Cara Aman Bagi Pengendara
* Isi bahan bakar di SPBU resmi dan hindari bensin eceran tanpa label kadar etanol.
* Jangan biarkan tangki kosong, karena ruang udara mempercepat penyerapan uap air.
* Jika kendaraan jarang dipakai, gunakan fuel stabilizer.
* Periksa filter dan injektor secara berkala.
* Bila mesin mulai brebet usai isi BBM, segera
* ganti bahan bakar dan periksa ke bengkel

