Artikel Opini
Beranda » Menteri Pendidikan BEM Unisba Blitar Ingin Wujudkan Ekosistem Pendidikan yang Humanis dan Kompetitif

Menteri Pendidikan BEM Unisba Blitar Ingin Wujudkan Ekosistem Pendidikan yang Humanis dan Kompetitif

Menteri Pendidikan BEM Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar, Wiji Yuli Maryhona.
Menteri Pendidikan BEM Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar, Wiji Yuli Maryhona. (Dok. Pribadi)

Dalam dunia yang berubah dengan sangat cepat, pendidikan tinggi memiliki peran sentral untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara moral dan siap berinovasi.

Sebagai mahasiswa, kita memiliki tanggung jawab untuk tidak hanya belajar, tetapi juga ikut membangun ekosistem pendidikan yang lebih adil dan inklusif.

Melalui peran saya sebagai Menteri Pendidikan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Universitas Islam Balitar (Unisba), Bendahara di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Ekonomi Komisariat Madjapahit Unisba, dan anggota aktif UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Badminton Unisba, saya berusaha menghidupkan semangat kolektif dalam memperjuangkan pendidikan tinggi yang inovatif dan berdaya saing.

18 Warga Wonotirto Blitar Keracunan Usai Konsumsi Bakso pada Acara Yasinan

Pengalaman berproses di PMII, yang menanamkan nilai ketaqwaan, intelektual dan profesional, memperkaya pandangan saya dalam menata visi besar tersebut.

Visi utama yang saya bawa adalah menciptakan ekosistem pendidikan tinggi di mana setiap mahasiswa, tanpa terkecuali, memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang. Inklusivitas bukan hanya soal akses fisik ke bangku kuliah, tetapi tentang menghapus segala bentuk diskriminasi, memperluas ruang partisipasi, dan membuka jalan bagi inovasi.

Dalam pandangan saya, pendidikan harus mampu menjawab tantangan zaman dan membekali mahasiswa dengan kecakapan global, tanpa meninggalkan akar nilai-nilai kebangsaan dan moralitas. Ini adalah spirit yang saya pelajari dan hidupi di PMII yakni menjadikan pendidikan sebagai alat transformasi sosial dan pembebasan.

Lirik Lagu Tanasaghara Di Lingkar Kupu-kupu

Sebagai mahasiswa, kita tidak boleh diam saat kebijakan pendidikan tidak berpihak kepada kepentingan kita. Maka, saya memprioritaskan misi mengadvokasi kebijakan yang lebih berpihak pada mahasiswa, baik di tingkat kampus maupun dalam lingkungan sosial.

Pendidikan tidak boleh hanya menghasilkan lulusan yang hafal teori, melainkan individu yang cakap menghadapi realita. Melalui program-program seperti seminar, workshop, pelatihan keterampilan, dan berbagai kompetisi, kami ingin mendorong mahasiswa mengasah kemampuan teknis sekaligus soft skills.

Di PMII, semangat ini sudah lama menjadi tradisi yaitu membentuk kader yang tidak hanya cerdas akademik, tetapi juga aktif di berbagai bidang sosial, budaya, dan olahraga termasuk olahraga yang saya jalani di (Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Badminton.

Saat Komunitas Pecinta Hewan Beri Edukasi kepada Siswa Panti Karya Blitar

Sebagaimana diajarkan di PMII, nilai moral dan etika adalah landasan dalam setiap gerakan. Pendidikan karakter harus menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia kampus.

Melalui kegiatan-kegiatan kaderisasi di organisasi mahasiswa dan program pembinaan di BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa), kami menanamkan nilai kejujuran, keadilan, tanggung jawab sosial, serta kepemimpinan yang berorientasi pada kemaslahatan bersama.

Transformasi pendidikan tidak bisa dikerjakan sendiri. Kami berupaya membangun sinergi dengan berbagai pihak seperti pimpinan kampus, organisasi kemahasiswaan di kampus, alumni, hingga sektor swasta dan lembaga masyarakat.

Di PMII, budaya kolaborasi lintas sektor sudah menjadi bagian dari tradisi gerakan, yang juga saya adaptasi dalam pendekatan saya di BEM Unisba.

Pendidikan adalah kunci kemajuan bangsa, dan mahasiswa adalah penggeraknya. Melalui peran saya di BEM Unisba, PMII, dan aktivitas kampus lainnya, saya mengajak seluruh mahasiswa untuk aktif, kreatif, dan berani mengambil peran dalam membangun masa depan pendidikan kita semua. Visi mewujudkan pendidikan tinggi yang inklusif, inovatif, dan berdaya saing bukan sekadar mimpi, ia harus diperjuangkan dengan kerja nyata, semangat kolektif, dan keberanian melangkah.

×