Artikel
Beranda » Candi Sawentar: Kenangan Bisu di Tanah Blitar

Candi Sawentar: Kenangan Bisu di Tanah Blitar

 

Candi Sawentar: Kenangan Bisu di Tanah Blitar
(Foto: M. Najib Zam zami)

Bicara Blitar–Halo Dulur! Hari telah siang, tetapi matahari masih enggan menampakkan diri. Sinar redup ditemani rintik air perlahan memancar lembut di antara dedaunan. Di ujung Desa Sawentar, Kecamatan Kanigoro, Blitar, berdiri sebuah monumen yang nyaris terlupakan.

Candi Sawentar bukan hanya sekadar tumpukan batu tua, tetapi juga menyimpan kisah mendalam tentang warisan leluhur kita.

Bapenda Kabupaten Blitar Terapkan Aturan Baru, Tarik Pajak dari Sektor Tambang 

Ketika pertama kali mengunjungi tempat ini, udara terasa dingin, dan matahari bersembunyi di balik awan. Purnawati, seorang ibu penjaga candi, menyambut dengan senyum penuh kenangan.

Baca juga: Berita Kehilangan STNK di Blitar

“Candi ini sudah ada sejak zaman dulu. Bahkan, saya sendiri tidak tahu kapan pertama kali ditemukan atau dibangun,” ungkapnya.

Pria asal Garum Blitar meninggal dunia usai tertabrak KA Malioboro

Batu andesit yang membentuk candi ini bukan sekadar material. Setiap bagiannya menceritakan kisah spiritual yang sulit dijelaskan, bahkan dengan teknologi canggih sekalipun.

Dengan ukuran panjang 9,53 meter, lebar 6,86 meter, dan tinggi 10,65 meter, bangunan ini mungkin terlihat sederhana. Namun, angka-angka itu menyimpan sejarah yang mendalam.

Selain Candi Sawentar, terdapat pula Candi Sawentar 2 yang lokasinya tidak jauh dari situs utama. “Tahun 2000-an, kami tak sengaja menemukannya,” ujar Purnawati tentang penemuan Candi Sawentar 2.

Siapkan kader jadi role model organisasi, PMII Rayon Ekonomi Unisba Blitar gelar Sekolah Mentor

Saat itu, para pekerja yang tengah menggali sumur di dekat pasar menemukan batu keras yang ternyata merupakan bagian dari candi yang tersembunyi. Sejarah, seperti biasa, sering kali datang secara tak terduga.

Pintu candi di sisi barat dihiasi ornamen makara, makhluk mitologis yang seolah-olah masih memancarkan eksistensinya. Hiasan ini menjadi penanda bahwa bangunan tersebut merupakan tempat ibadah umat Hindu. 

Relung-relung di bagian candi bercerita tentang keyakinan leluhur, bukan sekadar hiasan, melainkan bahasa simbolis yang kaya akan makna.

Lanjutan cerita Ali Imron: soal penjaga gawang dan harapan untuk PSBI Blitar

Di bilik utama, tersimpan yoni, simbol sakral dalam mitologi Hindu yang merepresentasikan Dewi Parwati, istri Dewa Siwa. Yoni bukan sekadar objek, melainkan simbol kehidupan, penciptaan, dan kesuburan yang sarat akan nilai filosofis.

Baca juga: Misteri Makam Gantung Eyang Djojodigdo di Blitar: Jejak Ilmu Pancasona dan Pesona Spiritual

Candi Sawentar bukan sekadar bangunan. Ia adalah kenangan hidup dari masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Setiap batu yang menyusunnya seolah bernapas, membawa cerita tentang transformasi spiritual yang pernah mengalir di tanah Jawa.

Namun, waktu, cuaca, dan kelalaian manusia menjadi ancaman nyata. Meski telah ditetapkan sebagai cagar budaya, Candi Sawentar tetap rentan dilupakan.

Ketika senja mulai turun, candi ini kembali berbisik. Tanpa suara, tanpa gerak, ia berbicara kepada mereka yang mau mendengar. Sebuah pengingat bahwa peradaban tidak pernah benar-benar hilang.

Naskah oleh: M. Najib Zam zami

×