Artikel Feature

Jejak leluhur di tanah Papungan Blitar, menyibak asal usul desa dari lisan ke lisan

Ilustrasi sejarah Desa Papungan, Kanigoro, Blitar
Ilustrasi sejarah Desa Papungan, Kanigoro, Blitar. (Foto: Istimewa)

Blitar – Di antara hamparan sawah dan jalanan desa yang tenang, Desa Papungan menyimpan cerita yang tak tertulis, tapi terus hidup dalam ingatan para tetua. Tak ada manuskrip kuno atau prasasti megah yang mencatat kelahirannya.

Namun, kisah-kisah dari mulut ke mulut menjadi pondasi kuat bagi sejarah desa yang terletak di Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar ini.

Di masa lalu, para leluhur tidak mencatat sejarah dalam tinta dan kertas. Mereka menitipkan ingatan pada tutur kata. Begitu pula dengan Papungan—namanya, asal-usulnya, hingga para tokoh yang pertama kali menginjakkan kaki di sini, semuanya tersimpan rapi dalam tradisi lisan yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Rekomendasi kuliner lalapan belut di Kesamben Blitar

“Papungan Senggreng”: Nama dari Sebuah Peristiwa

Konon, di masa lampau, wilayah yang kini dikenal sebagai Papungan merupakan hutan lebat, tempat tinggal berbagai binatang buas. Para pemburu kala itu sering menyaksikan hewan-hewan buruan mereka menghilang begitu saja ke suatu kawasan yang kini disebut Senggreng.

Fenomena itu menciptakan kepercayaan bahwa kawasan itu istimewa, hingga kemudian masyarakat menyebutnya sebagai “Papungan Senggreng.” Seiring waktu, nama tersebut melekat dan disingkat menjadi Papungan. Hingga kini, bagian timur laut desa tetap dikenal dengan nama Senggreng, seolah menjadi pengingat abadi akan asal-usul nama desa ini.

Pelatihan digital marketing Disnaker Kabupaten Blitar banjir peminat, apa penyebabnya?

Tiga Dusun, Tiga Cerita Leluhur

Desa Papungan terbagi menjadi tiga dusun: Dusun Papungan, Dusun Gajah, dan Dusun Sekardangan. Masing-masing dusun memiliki cerita unik tentang siapa yang pertama membukanya dan bagaimana nama mereka tercipta.

1. Dusun Gajah: Kedung, Petilasan, dan Jejak Dua Pelopor

Inilah sejarah Desa Penataran Nglegok Blitar, kamu harus tahu

Nama Dusun Gajah diyakini berasal dari sebuah “kedung” atau genangan air yang dikenal sebagai Gothean Gajah—tempat berendam seekor gajah menurut kepercayaan warga. Sisa-sisa tempat ini masih dianggap sakral sebagai petilasan.

Dusun ini juga memiliki dukuh bernama Duwet, dinamai dari kisah penebangan pohon duwet raksasa pada masa awal pembukaan lahan.

Dua tokoh penting yang berjasa membuka kawasan ini adalah Onggo Joyo dan Amat Derongi, dua bersaudara keturunan tokoh asal Ponorogo bernama Strojati. Mereka dianggap sebagai pelopor yang pertama membuka pemukiman dan membuka lahan pertanian di kawasan ini.

Sejarah Desa Kalipucung di Sanankulon, Kabupaten Blitar

2. Dusun Papungan: Pusat Desa dan Jejak Singo Menggolo

Menjadi pusat dari desa, Dusun Papungan tak bisa dilepaskan dari nama besar Singo Menggolo, tokoh yang dipercaya sebagai pendiri permukiman pertama di sana. Ia adalah figur karismatik yang disebut-sebut memiliki peran besar dalam membentuk kehidupan sosial awal desa.

Makamnya masih bisa ditemukan di Karangtengah, sebagai tanda penghormatan warga atas jasa-jasanya yang tak ternilai.

3. Dusun Sekardangan: Sebuah Bunga dan Seorang Pendatang

Sekardangan berasal dari kata “Seker” atau bunga, terinspirasi dari sebuah bunga misterius yang pernah tumbuh di kawasan ini. Bunganya besar dan memiliki keunikan luar biasa: warna merah di bagian atas dan putih di bagian bawah. Kombinasi warna yang tak lazim inilah yang membuat penduduk menamainya Sekardangan.

Dusun ini pertama kali dibuka oleh Guno Leksono, seorang pendatang dari Solo. Seperti Singo Menggolo, jasadnya dimakamkan di Karangtengah sebagai penghormatan atas perannya membuka lahan dan membangun komunitas baru.

Merawat Ingatan, Menjaga Warisan

Meski Desa Papungan tak memiliki catatan sejarah tertulis, kekayaan cerita dan tradisi lisan yang hidup di tengah masyarakat menjadi harta yang tak ternilai. Kisah tentang binatang buas di Senggreng, jejak gajah di Gothean, hingga bunga ajaib Sekardangan—semuanya adalah bagian dari identitas kultural desa ini.

Papungan bukan hanya tempat tinggal, tapi juga landskap warisan—sebuah jejak peradaban yang dibangun dari kerja keras, kebijaksanaan, dan keyakinan para leluhur. Desa ini mengajarkan kita bahwa sejarah tidak selalu ditulis dengan pena, tapi juga dengan kenangan dan penghormatan yang terus diwariskan.

×