Artikel Opini
Beranda » Sejarah Rusia: Bubar & Pecahnya Uni Soviet (Bagian 3)

Sejarah Rusia: Bubar & Pecahnya Uni Soviet (Bagian 3)

Presiden Soviet saat itu, Mikhail Gorbachev menyampaikan pidato di hadapan 150 eksekutif bisnis di San Francisco, California, Amerika Serikat pada tanggal 5 Juni 1990.
Presiden Soviet saat itu, Mikhail Gorbachev menyampaikan pidato di hadapan 150 eksekutif bisnis di San Francisco, California, Amerika Serikat pada tanggal 5 Juni 1990. (Foto: Vox.com)

Uni Soviet, sebuah negara komunis adidaya yang pernah menjadi rival utama Amerika Serikat dalam Perang Dingin, mengalami kemunduran tajam menjelang dekade 1990-an. Dengan sistem ekonomi sosialis yang kaku dan tekanan politik internal maupun eksternal yang terus meningkat, Uni Soviet mulai retak dari dalam.

Di tengah jalanan yang mulai dipenuhi antrean panjang untuk roti, pabrik-pabrik tua yang tak lagi produktif, dan rakyat yang mulai mempertanyakan haluan negara, Presiden Mikhail Gorbachev mencoba membalikkan keadaan.

Pada tahun 1987, Gorbachev meluncurkan tiga kebijakan besar yang disebutnya sebagai upaya penyelamatan nasional. Ia memperkenalkan Glasnost, yaitu kebijakan keterbukaan yang memungkinkan rakyat berbicara tanpa takut dikekang oleh sensor.

Satu Tahun Forum Reboan: Wadah Kritis Mahasiswa yang Konsisten Suarakan Isu Aktual

Surat kabar mulai menurunkan artikel kritis terhadap pemerintah dan untuk pertama kalinya dalam sejarah Uni Soviet, kesalahan masa lalu seperti kejahatan Stalin dibicarakan secara terbuka.

Lalu hadir Perestroika, upaya restrukturisasi ekonomi yang membuka ruang bagi praktik pasar bebas, memperbolehkan kepemilikan pribadi dalam skala kecil, serta mengurangi ketergantungan pada perencanaan pusat. Terakhir, Gorbachev memperkenalkan Demokratisasye, mendorong proses politik yang lebih terbuka dengan pemilu yang kompetitif.

Namun kenyataan tak seindah harapan. Reformasi yang diluncurkan justru memperlihatkan betapa rusaknya sistem yang ada. Ketika rakyat diberi suara mereka mulai menyuarakan kekecewaan, kemarahan, dan tuntutan kebebasan yang lebih besar. Ekonomi semakin jatuh dan republik-republik di dalam Uni Soviet mulai mempertanyakan loyalitas mereka terhadap pusat.

Bareng Puncak HAKIN di Sidoarjo, Monev Keterbukaan Informasi Bagi Badan Publik Dimulai

Puncak kegentingan terjadi pada 19  Agustus 1991. Ketakutan bahwa Uni Soviet akan sepenuhnya kehilangan kendali membuat sekelompok tokoh garis keras dari pemerintahan dan militer melakukan kudeta terhadap Gorbachev. Dimitri Yazov, Menteri Pertahanan dan Vladimir Krychkow, Kepala KGB (Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti/Badan Intelejen Uni Soviet) menjadi tokoh utama di balik rencana tersebut.

Mereka menahan Gorbachev di rumah peristirahatan di Krimea dan mengumumkan keadaan darurat nasional. Tetapi kudeta ini tidak berjalan mulus. Boris Yeltsin, Presiden Republik Federasi Rusia berdiri gagah di atas sebuah tank di depan Gedung Putih Rusia (sekarang Balai Besar Pemerintahan Rusia) menyerukan rakyat untuk melawan.

Aksi berani itu menjadi simbol perlawanan rakyat terhadap tirani. Dukungan terhadap kudeta lenyap. Kudeta pun gagal total.Gorbachev kembali ke Moskow, tetapi kekuasaannya tak lagi memiliki makna. Yeltsin dengan dukungan rakyat dan parlemen mulai mengambil alih kendali.

Puncak Hari Keterbukaan Informasi Nasional Digelar di Sidoarjo, Berlangsung dengan Meriah

Pada 25 Desember 1991, Gorbachev mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Presiden Uni Soviet. Negara yang telah berdiri sejak 1922, resmi bubar.

Setelah bubarnya Uni Soviet, republik-republik yang selama ini berada di bawah kendalinya menyatakan kemerdekaan. Mereka membentuk CIS (Commonwealth of Independent States), sebuah organisasi yang longgar dan lebih bersifat simbolik dibandingkan otoritatif. Negara-negara Baltik seperti Estonia, Latvia, dan Lithuania memilih untuk tidak bergabung dan langsung mengintegrasikan diri ke Barat.

Sementara itu, nama “Uni Soviet” pun lenyap dari panggung sejarah. Yang tersisa kini adalah Federasi Rusia dengan Boris Yeltsin sebagai pemimpin baru.

Bubarnya Uni Soviet menandai lahirnya 15 negara merdeka, masing-masing dengan sejarah dan masa depan yang berbeda. Beberapa berkembang menjadi negara demokrasi yang maju, sementara yang lain terjerat dalam konflik, krisis politik, dan ketergantungan ekonomi.

Berikut adalah negara-negara yang lahir dari kehancuran Uni Soviet:

1. Rusia

2. Latvia

3. Armenia

4. Tajikistan

5. Estonia

6. Lithuania

7. Azerbaijan

8. Turkmenistan

9. Belarusia

10. Ukraina

11. Georgia

12. Uzbekistan

13. Moldova

14. Kazakhstan

15. Kirgiztan

Kini, lebih dari tiga dekade setelah keruntuhannya, bayang-bayang Uni Soviet masih terasa dalam geopolitik Eurasia. (Blt)

×