![]() |
(Foto: Istimewa) |
Persaingan antara Arema FC (berasal dari Malang) dan Persebaya Surabaya (berbasis di Surabaya) telah berlangsung selama puluhan tahun. Kedua tim ini merupakan klub sepak bola paling populer di Jawa Timur, dan pertemuan mereka sering dijuluki "Derby Jatim". Persaingan ini tidak hanya terjadi di lapangan, tetapi juga melibatkan suporter dari kedua belah pihak, yang terkadang berujung pada benturan fisik.
Dilaporkan bahwa sekelompok suporter Arema dan Persebaya terlibat dalam kerusuhan di Blitar. Meskipun informasi detail tentang insiden ini tidak banyak diungkap secara nasional, beberapa sumber menyebutkan bahwa ketegangan muncul akibat provokasi atau pertemuan tidak terduga antara kedua kelompok suporter di wilayah Blitar.
Blitar, yang secara geografis berada di antara Malang dan Surabaya, sering menjadi tempat transit atau titik kumpul bagi suporter kedua tim. Hal ini membuat daerah tersebut rawan konflik, terutama jika tidak ada pengamanan yang memadai.
Insiden ini mengingatkan pihak berwenang dan masyarakat tentang pentingnya menjaga keamanan dan ketertiban, khususnya saat ada pertandingan sepak bola atau acara yang melibatkan massa. Kepolisian setempat biasanya meningkatkan pengawasan dan mengambil langkah pencegahan untuk menghindari konflik serupa di masa mendatang.
Selain itu, kejadian ini juga menjadi bahan renungan bagi kedua kelompok suporter agar lebih mengutamakan sportivitas dan menghindari tindakan kekerasan. Banyak pihak, termasuk manajemen klub dan tokoh masyarakat, menyerukan agar persaingan di lapangan hijau tidak dibawa ke luar stadion.
Setelah insiden tersebut, berbagai upaya perdamaian dan dialog antara suporter Arema dan Persebaya terus digalakkan. Organisasi suporter dan manajemen klub sering mengadakan kegiatan bersama untuk mempromosikan perdamaian dan persatuan, mengingat sepak bola seharusnya menjadi media persaudaraan, bukan permusuhan. (Blt/ai)