![]() |
(Foto: Istimewa) |
Bicara Blitar--Halo Dulur! Sejarah sebuah desa sering kali menjadi cerminan dari perjalanan panjang para leluhur yang mengukir jejaknya di tanah yang kini kita pijak. Namun, tidak semua sejarah dapat terdokumentasi dengan baik, seperti halnya Desa Papungan.
Minimnya dokumen tertulis dan bukti sejarah yang otentik membuat asal-usul desa ini sulit dijelaskan secara objektif dan bertanggung jawab. Meskipun begitu, kisah-kisah turun-temurun dari para sesepuh tetap menjadi sumber utama dalam menelusuri jejak sejarah Desa Papungan.
Asal-Usul Nama Papungan
Menurut cerita yang diwariskan dari generasi ke generasi, nama "Papungan" berasal dari kejadian unik di masa lampau. Dahulu, wilayah ini dikenal sebagai tempat yang dipenuhi oleh binatang buas.
Ketika diburu, binatang-binatang tersebut akan masuk ke sebuah area bernama Senggreng dan kemudian menghilang. Fenomena ini membuat penduduk sekitar menyebut daerah tersebut sebagai "Papungan Senggreng", yang lama-kelamaan menjadi Desa Papungan. Hingga saat ini, bagian timur laut desa masih disebut Senggreng, sebagai pengingat kisah tersebut.
Tiga Dusun dan Sejarahnya
Desa Papungan pada awalnya terdiri dari tiga dusun, yaitu Dusun Papungan, Dusun Gajah, dan Dusun Sekardangan. Masing-masing dusun memiliki sejarah dan kisah unik tersendiri yang membentuk identitasnya hingga sekarang.
1. Dusun Gajah: Jejak Gajah dan Para Pelopor
Dusun Gajah mendapatkan namanya dari keberadaan sebuah "kedung" (genangan air) yang disebut "Gothean Gajah". Konon, tempat ini dahulu merupakan tempat berendamnya gajah, dan hingga kini bekasnya masih bisa ditemukan sebagai petilasan.
Selain itu, ada sebuah dukuh bernama Duwet, yang berasal dari kisah tentang pohon duwet yang dahulu ditebang di sana.
Dusun Gajah pertama kali dibuka oleh dua tokoh, Onggo Joyo dan Amat Derongi, yang merupakan anak dari Strojati, seorang tokoh asal Ponorogo. Mereka adalah pelopor yang mengembangkan pemukiman dan membuka lahan untuk tempat tinggal.
2. Dusun Papungan: Warisan Singo Menggolo
Sebagai pusat dari Desa Papungan, dusun ini memiliki kisah yang berkaitan erat dengan sejarah desa secara keseluruhan. Dusun Papungan pertama kali dibuka oleh seorang tokoh bernama Singo Menggolo.
Beliau adalah sosok yang memiliki peran penting dalam membentuk permukiman awal di desa ini. Hingga kini, makamnya berada di Karangtengah, sebagai tanda penghormatan atas jasanya dalam membangun Dusun Papungan.
3. Dusun Sekardangan: Bunga Ajaib yang Menjadi Nama Dusun
Nama Dusun Sekardangan berasal dari kisah unik tentang sebuah bunga besar yang memiliki warna yang ajaib. Bagian atas bunga tersebut berwarna merah, sementara bagian bawahnya berwarna putih. Keunikan bunga ini menjadi inspirasi bagi penduduk setempat untuk menamai dusun mereka sebagai "Sekardangan"(Seker = bunga).
Tokoh yang membuka Dusun Sekardangan adalah Guno Leksono, seorang pendatang dari Solo. Sama seperti Singo Menggolo, makam Guno Leksono juga berada di Karangtengah sebagai penghormatan atas jasanya.
Jejak Sejarah yang Hidup di Tengah Masyarakat
Meskipun minim bukti tertulis, kisah-kisah tentang Desa Papungan tetap hidup dalam ingatan masyarakatnya. Setiap dusun memiliki cerita yang menunjukkan bagaimana perjalanan panjang desa ini terbentuk.
Baca juga: Membangun Masa Depan dengan Teknologi: Analisis Peran Pemuda Dalam Industri 5.0
Dari legenda binatang buas yang menghilang di Senggreng, jejak gajah yang membentuk Dusun Gajah, perjuangan para pelopor di Dusun Papungan, hingga keajaiban bunga di Sekardangan, semua menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas desa ini.
Sejarah Desa Papungan mengajarkan bahwa meskipun tidak semua peristiwa tercatat dalam dokumen resmi, kisah yang diwariskan dari generasi ke generasi tetap menjadi warisan budaya yang berharga.
Desa ini bukan hanya sekadar wilayah administratif, tetapi juga simbol dari perjalanan panjang masyarakatnya dalam menjaga dan melestarikan sejarah mereka.