(Foto: Istimewa) |
Makam ini merupakan tempat peristirahatan terakhir Mas Ngabehi Bawadiman Djojodigdo, yakni seorang Patih Blitar dan kerabat Pangeran Diponegoro yang terkenal dengan ilmu Pancasonanya. Ilmu ini diyakini membuat seseorang tidak dapat meninggal selama jasadnya menyentuh tanah.
Oleh karena itu, makam Eyang Djojodigdo dirancang unik dibangun di atas pondasi setinggi 50 cm dan jasadnya ditempatkan dalam peti besi yang disangga empat tiang logam, agar tidak menyentuh tanah langsung.
Tertulis pada nisan,bahwa Eyang Djojodigdo lahir di Kulon Progo pada 29 Juli 1827 dan meninggal pada 11 Maret 1909 saat berusia usia 84 tahun. Makam yang dibangun pada 18 Agustus 1910 ini, menjadi simbol spiritualitas dan dihormati oleh banyak peziarah.
Selain itu, kompleks makam ini menyimpan berbagai cerita mistis. Kabarnya ada pengunjung yang melihat penampakan dua ekor macan penjaga di luar pagar.
Baca juga: HMPT UNU Blitar Gelar Workshop Inovatif Pembuatan Pakan Ternak Berbasis Teknologi
Bahkan beberapa pengunjung juga melaporkan penampakan ular besar yang diyakini sebagai penjaga spiritual makam. Ada pula kisah kerabat yang mencoba mencuri barang peninggalan Eyang Djojodigdo namun akhirnya mengalami gangguan mental.
Makam ini tidak hanya menjadi tujuan ziarah, tetapi juga daya tarik spiritual bagi mereka yang ingin memahami esoterisme Jawa. Kepercayaan dan mitos yang melingkupinya menjadikan Makam Gantung Eyang Djojodigdo sebagai salah satu situs penuh misteri di Blitar, memancarkan pesona mistis yang tak pernah pudar.