(Foto: Farah Nurul Nabila) |
Gemericik air mulai terdengar samar, ditemani dengungan serangga yang semakin nyata. Udara dingin menusuk saat memasuki kawasan penuh sejarah yang perlahan mulai terlupakan. Di tengah suasana hening itu, senyuman hangat menyambut dari seorang penjaga situs bernama Yulianto.
Baca juga: Menyongsong SIG, KOPRI PK Madjapahit Unisba Blitar Gelar Follow Up & Koordinasi Kepengurusan
“Dahulu tempat ini hanyalah hutan lebat pada masa nenek moyang kita,” ucapnya dengan semangat, memperkenalkan situs yang penuh cerita masa lalu.
Arca Warak, begitu nama yang disematkan pada situs ini, terletak di Desa Modangan, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, sekitar 3 kilometer dari Candi Penataran. Keunikan arca ini terletak pada keberadaannya yang ditemukan berserakan, seolah tak pernah tersentuh tangan manusia untuk diubah atau dipindahkan.
“Warak itu sebenarnya berarti badak, tapi di sini bentuknya menyerupai gajah,” jelas Yulianto sambil menunjuk arca yang berdiri kokoh di dekatnya.
Arca ini diperkirakan berasal dari abad ke-14 pada masa Kerajaan Majapahit. Meski tidak ada catatan tertulis yang pasti mengenai asal-usulnya, masyarakat setempat percaya bahwa "warak" melambangkan kekuatan, terinspirasi dari hewan mitologi yang menjadi simbol penting pada masanya.
Baca juga: Kandang Kunyuk: Rumah Kopi Homie di Tengah Kota Blitar
Arca Warak memiliki bentuk memanjang dengan saluran air di punggungnya, yang dulunya digunakan untuk mengalirkan air. Kini, situs ini juga menjadi tempat ritual bagi masyarakat sekitar, seperti untuk memohon keberkahan dalam pernikahan atau acara penting lainnya.
Situs Arca Warak terbuka untuk siapa saja yang ingin menambah wawasan atau sekadar menyaksikan peninggalan sejarah yang unik ini. Dengan atmosfer yang menenangkan dan cerita yang penuh misteri, tempat ini menjadi bukti jejak masa lalu yang layak dijaga dan dilestarikan.
Naskah Oleh: Farah Nurul Nabila