(Foto: Istimewa) |
Perjalanan hidupnya yang dimulai dari menjual beras pikul dan menjadi penjahit hingga akhirnya memilih berjualan pecel di rumahnya adalah bukti nyata dedikasi dan semangat seorang ibu.
Berbeda dengan warung pecel lainnya, Pecel Pawon memiliki keunikan tersendiri. Sesuai namanya, Mbok Marti menjajakan pecel langsung dari pawon atau dapur tradisional rumahnya.
Pengunjung pun bisa menikmati hidangan di teras rumah yang luas dan bernuansa klasik, menciptakan atmosfer nyaman seperti makan di rumah sendiri.
Setiap porsinya memadukan nasi, sayuran segar seperti singkong, tauge, daun kemangi, dan mentimun, dilengkapi tahu, tempe, rempeyek, serta bumbu kacang yang kental, gurih, dan sedikit pedas.
Dengan harga hanya Rp9.000 termasuk teh hangat, pelanggan mendapatkan pengalaman makan yang lezat dan terjangkau.
Lebih dari sekadar usaha kuliner, Pecel Pawon menjadi ladang rezeki bagi keluarga dan tetangga sekitar. Meskipun kini usianya sudah lanjut, Mbok Marti tetap semangat melayani pelanggan, meski tugas memasak telah diambil alih oleh menantu dan tetangganya.
Baca juga: Nikmat dan Ramah Kantong! Somay Belitar Pak Agus, Favorit Mahasiswa di Blitar
Dari hasil usahanya, Mbok Marti mampu membesarkan kelima anaknya hingga sukses, bahkan mendukung cucunya untuk kuliah. Tak hanya menjual nasi pecel, Mbok Marti juga menyediakan bumbu pecel yang dijual per kilogram dengan harga Rp60.000.
Dedikasinya membuktikan bahwa semangat dan kerja keras dapat membawa manfaat besar, tak hanya bagi keluarga, tetapi juga komunitas sekitar. Pecel Pawon Mbok Marti, lebih dari sekadar makanan, ini adalah cerita tentang perjuangan, cinta, dan tradisi.