(Foto: Istimewa) |
Lahir sekitar tahun 1819 di Kulon Progo, beliau merupakan putra seorang Demang yang kemudian merantau ke Blitar untuk mendalami ilmu agama di Pondok Pesantren Dawuhan.
Nama "Bendo" yang melekat pada sosoknya diambil dari daerah tempat tinggalnya, yang dinamai berdasarkan pohon Bendo yang tumbuh di sana.
Mbah Kasan Bendo dikenal sebagai seorang pemuka agama dan tokoh spiritual yang sangat disegani di wilayah Kelurahan Bendo, Kecamatan Kepanjen Kidul. Rumahnya yang bercorak arsitektur Jawa menyimpan banyak cerita, salah satunya sebagai tempat penggemblengan Sudancho Supriyadi, pejuang PETA yang terkenal.
Ada kisah unik tentang Supriyadi yang sebelum melakukan perlawanan terhadap tentara Jepang, harus menjalani ritual khusus. Ia dikurung selama setengah hari dalam kurungan yang ditutup kain mori sebagai bentuk prasyarat yang diberikan oleh Mbah Kasan Bendo.
Baca juga: Blitar, Kota Koi: Surga Ikan Hias yang Mendunia
Tak hanya itu, Mbah Bendo juga memiliki hubungan spiritual dengan Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno. Sebagai guru spiritual, pengaruhnya begitu besar, tidak hanya bagi murid-muridnya tetapi juga bagi masyarakat Blitar pada umumnya.
Makam Mbah Kasan Bendo yang berada di Kelurahan Bendo kini menjadi salah satu destinasi wisata religi di Blitar. Banyak peziarah datang ke tempat ini, baik sebelum maupun sesudah mengunjungi Makam Bung Karno.
Suasana religius yang kental di kawasan makam ini menjadikannya tempat refleksi sekaligus napak tilas sejarah perjuangan bangsa.
Kisah dan warisan spiritual Mbah Kasan Bendo menjadi pengingat tentang nilai perjuangan, pengabdian, dan kebijaksanaan yang tak lekang oleh waktu.