(Foto: Istimewa) |
Terletak di Desa Kawedusan, Kecamatan Ponggok, gunung ini dikenal karena larangan unik bagi pasangan yang baru menikah. Konon, mereka yang nekat melintasi celah gunung ini dipercaya akan berpisah.
Nama "Pegat," yang berarti "berpisah," memiliki asal-usul menarik yang terkait dengan kisah pewayangan. Menurut cerita rakyat setempat, tiga tokoh pewayangan—Semar, Petruk, dan Gareng—ditugaskan untuk memikul batu besar melintasi gunung ini sebelum fajar.
Namun, tugas mereka gagal ketika pikulan batu patah akibat kokokan ayam, memisahkan gunung menjadi dua bagian. Sejak saat itu, Gunung Pegat menjadi simbol perpisahan, terutama bagi pasangan pengantin baru.
Mitos ini begitu melekat dalam kepercayaan masyarakat. Bahkan, Gunung Pegat kerap menjadi semacam "kode" bagi mereka yang ingin mengakhiri hubungan asmara. Ungkapan, "Jika ingin putus, bawalah ke Gunung Pegat," menjadi cerminan betapa legenda ini hidup dalam keseharian masyarakat sekitar.
Baca juga: Candi Penataran dan Misteri Lele Putih: Warisan Sejarah dan Mitos di Blitar
Namun, terlepas dari mitos yang menyelimutinya, Gunung Pegat tetap menawarkan daya tarik luar biasa bagi wisatawan. Pemandangan alam yang indah dan udara segar menjadikannya tempat yang sempurna untuk menikmati keheningan dan merenungkan kisah-kisah legendaris yang menyelubunginya.
Legenda Gunung Pegat mungkin hanya cerita rakyat, tetapi nilai historis dan budaya yang dikandungnya memberikan makna mendalam bagi tempat ini. Bagi siapa pun yang mengunjungi Blitar, Gunung Pegat adalah destinasi yang patut dijelajahi, baik untuk menikmati alam maupun mengenal sisi mistis yang unik.