(Foto: istimewa) |
Sejarah ini, meskipun sulit dibuktikan secara fisik karena minimnya bukti pendukung seperti prasasti atau peninggalan tertulis, masih dapat diketahui dari cerita masyarakat yang diwariskan secara turun-temurun.
Salah satu peristiwa penting dalam pembentukan desa ini adalah adanya sayembara untuk menangkap seorang pencuri sakti yang mengganggu ketenteraman warga.
Sayembara ini dimenangkan oleh Ki Djojo Kromo, yang kemudian diangkat menjadi Kamituwo pada tahun 1851, sebelum Rejoso resmi menjadi desa.
Nama "Rejoso" diyakini berasal dari pohon Njoso, yang sering dijadikan tempat beristirahat oleh para petani setelah bekerja di ladang. Nama ini mencerminkan keterkaitan erat antara masyarakat dengan lingkungan alam sekitar.
Selama perkembangannya, Desa Rejoso mengalami beberapa kali pergantian kepemimpinan. Di antara para pemimpin tersebut, yang paling menonjol adalah Djojo Kromo, yang memimpin desa dari 1851 hingga 1871, dan Wawan Aprilianto, yang menjabat sebagai Kepala Desa mulai 2008 hingga sekarang (2023).
Desa ini juga dikenal sebagai wilayah agraris dengan komoditas utama seperti palawija, kedelai, lombok, serta tebu. Tebu menjadi komoditas penting yang mendukung berdirinya industri gula di desa ini, dengan hadirnya pabrik PT.Rejoso Manis Indo (RMI).
Kondisi geografis Rejoso yang berbukit mendukung keberhasilan sektor pertanian, terutama tebu, yang menjadi bagian integral dari kehidupan ekonomi masyarakat setempat.
Sejarah Desa Rejoso menggambarkan perjuangan masyarakatnya dalam mempertahankan dan mengembangkan wilayah ini menjadi desa yang produktif dan sejahtera.