(Foto: canva/@gettyimages) |
Tape ini memiliki keunikan tersendiri, dibuat dari singkong pilihan yang diambil langsung dari kaki Gunung Kelud, menjadikannya primadona di kalangan penikmat kuliner.
Proses pengolahannya masih mempertahankan metode tradisional tanpa campuran bahan kimia, sehingga menghadirkan cita rasa yang otentik.
Tape Pangkru yang dikelola oleh Pak Narko, penduduk Dusun Pangkru, telah menjadi ikon kuliner di Blitar sejak berdiri pada 1994. Sunarko, atau Pak Narko, sang pemilik usaha, memperoleh keterampilan mengolah tape secara turun-temurun dari keluarganya.
Menjaga keaslian dan kualitas tape tradisional menjadi prinsip yang dipegang teguh oleh beliau. Setiap singkong yang digunakan dipilih dari petani di Desa Soso, Kecamatan Gandusari, dan diolah dengan cara direbus menggunakan kayu bakar, menciptakan aroma dan rasa yang unik.
Baca juga: Lezatnya Kuliner Malam di Blitar: Lontong Ayu Kota Patria "Mbak Tun"
Seiring waktu, tape ini tidak hanya dinikmati oleh masyarakat Blitar, tapi juga telah menembus pasar internasional, seperti Hongkong.
Sunarko berharap, usaha yang dilakoninya selama hampir tiga dekade ini bisa memberikan manfaat lebih besar bagi warga sekitar. Dusun Pangkru kini dikenal sebagai sentra produksi tape, bahkan banyak anak muda yang tertarik belajar mengolah tape di sini.
Dulunya, Sunarko pernah merantau ke Kalimantan sebagai sopir bus untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Namun, kecintaannya pada tape membawanya kembali ke Blitar.
Harapannya, tape Pangkru bisa terus berkembang dan menjadi kebanggaan Blitar serta memberikan dampak ekonomi yang positif bagi desanya.