(Foto: sasmita.blitarkab) |
Candi ini memiliki luas sekitar 6.600 meter persegi dan berada di pinggir Sungai Bladak. Dengan arsitektur khas punden berundak, candi ini diyakini sebagai tempat peristirahatan Raja Majapahit, seperti Hayam Wuruk, dalam perjalanannya menuju Gunung Kelud dan Candi Penataran.
Sejarah penemuan Candi Gambar Wetan bermula pada tahun 1992, ketika seorang petugas perkebunan tanpa sengaja mencangkul tanah dan menemukan arca yang terkubur.
Penggalian lebih lanjut menemukan struktur candi, yang mengungkap warisan budaya penting dari masa pemerintahan Tribuana Tunggadewi, yang kemudian dilanjutkan oleh Hayam Wuruk.
Candi ini digunakan sebagai tempat pemujaan terhadap Gunung Kelud, yang dianggap suci oleh masyarakat Majapahit.
Salah satu daya tarik utama Candi Gambar Wetan adalah keberadaan arca-arca unik. Di pintu selatan, terdapat dua arca yang konon tidak bisa dipindahkan selalu kembali ke tempatnya semula.
Baca juga: Arca Ganesa Boro: Warisan Sejarah dan Mitologi dari Era Kerajaan Singosari di Sanankulon, Blitar
Selain itu, ada pula dua arca Dwarapala yang menjaga di puncak punden berundak. Punden berundak ini terdiri dari tiga lapisan teras, di mana batu-batunya tersusun menjadi tangga menuju candi utama.
Saat ini, hanya bagian batur candi yang tersisa di lapisan teratas, namun aura mistis dan sejarah tetap terasa kuat.
Candi Gambar Wetan bukan hanya sekadar bangunan kuno, tetapi juga simbol kekayaan sejarah Blitar, yang menjadi saksi bisu kejayaan Majapahit.
Tempat ini menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang menarik untuk dijelajahi, terutama bagi mereka yang ingin mengetahui lebih dalam tentang warisan budaya Jawa Timur.