Arca Ganesa Boro: Warisan Sejarah dan Mitologi dari Era Kerajaan Singosari di Sanankulon, Blitar

 

Arca Ganesa Boro: Warisan Sejarah dan Mitologi dari Era Kerajaan Singosari di Sanankulon, Blitar
(Foto: sasmita.blitarkab)
Bicara Blitar--Halo Dulur! Terletak di Dusun Boro, Desa Tuliskriyo, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar, Arca Ganesa Boro menyimpan kekayaan sejarah dan mitologi yang menarik.

Dibuat dari batu andesit dengan tinggi 170 cm, lebar dan panjang 113 cm, arca ini memiliki keunikan tersendiri karena menampilkan dua wujud.

Pada bagian depan terpahat sosok Dewa Ganesa, sementara di bagian belakang terpahat wujud Mahakala, sebuah perwujudan yang jarang ditemukan dalam arca-arca Hindu lainnya.

Ganesa dalam arca ini digambarkan duduk bersila dengan kedua telapak kaki saling bertemu di atas landasan bulat yang dihiasi untaian tengkorak. Penggunaan simbol tengkorak ini merujuk pada aliran Tantrayana, sebuah ajaran yang berkembang pada masa itu.

Wajah Ganesa diukir dengan mata setengah terpejam, menunjukkan kesan damai dan kebijaksanaan. Ciri khas lainnya adalah gading yang patah, menjadikan arca ini disebut Ekadanta, atau Ganesa yang bergading satu.

Baca juga: Kolam Renang Tirto Agung: Menikmati Kesegaran di Kaki Gunung Kelud, Blitar

Belalai Ganesa menjulur ke dalam mangkuk modaka yang dipegang dengan tangan kiri depan, simbol kekuatan dan kebijaksanaan.

Ganesa Boro memiliki empat tangan, yang masing-masing memegang simbol-simbol penting. Tangan kiri depan memegang mangkuk modaka, sementara tangan kanan depan memegang patahan gading.

Tangan kiri belakang memegang kapak (parasu) dan tangan kanan belakang memegang tasbih (aksamala). Perhiasan yang dikenakan Ganesa, seperti mahkota, gelang lengan, dan uncal (sejenis pakaian kebesaran), menggambarkan keindahan dan kemewahan arca ini.

Di bagian bawah arca terdapat kronogram yang berbunyi "Hana Ghana Hana Bumi", yang jika diubah menjadi angka menunjukkan tahun 1611. Namun, karena kronogram tersebut ditulis dalam tahun Saka, angkanya harus dibaca dari kanan menjadi 1161 Saka, atau sekitar tahun 1239 Masehi.

Ini menunjukkan bahwa arca Ganesa Boro berasal dari era Kerajaan Singosari, yang didirikan pada 1141 Saka atau sekitar 1229 Masehi. Peletakan arca ini menjadi bagian dari legitimasi kekuasaan Raja Anusapati, penguasa Singosari, atas wilayah sekitar Sungai Brantas yang sebelumnya dikuasai oleh Kerajaan Kediri.

Dalam mitologi Hindu, Ganesa adalah anak dari Dewa Siwa dan Dewi Parwati, yang dikenal sebagai dewa ilmu pengetahuan dan penghalau rintangan. Hal ini terlihat dalam representasi belalai Ganesa yang seolah menghisap sesuatu dari mangkuk, melambangkan dahaga akan ilmu pengetahuan.

Fungsi spiritual arca Ganesa juga sering dikaitkan dengan pengusir bahaya dan pelindung di tempat-tempat rawan, seperti perempatan jalan, lokasi angker, atau pinggir sungai. Oleh karena itu, keberadaan arca Ganesa Boro di tepi Sungai Brantas memiliki makna yang kuat dalam konteks perlindungan dan penghalauan bahaya.

Menurut cerita lokal, arca Ganesa Boro awalnya berasal dari situs Kekunaan di Desa Jimbe, yang merupakan peninggalan Kerajaan Singosari. Dikatakan bahwa arca ini dipindahkan ke Kadipaten Blitar, namun secara misterius menghilang dan kemudian ditemukan di Dusun Boro.

Baca juga: Kolam Renang Tirto Agung: Menikmati Kesegaran di Kaki Gunung Kelud, Blitar

Meskipun cerita ini bercampur dengan mitos, hal ini menambah daya tarik arca Ganesa Boro sebagai peninggalan sejarah sekaligus simbol spiritual yang dihormati di daerah Blitar.

Secara keseluruhan, Arca Ganesa Boro adalah peninggalan penting dari era Kerajaan Singosari. Tidak hanya menggambarkan Dewa Ganesa sebagai simbol ilmu pengetahuan dan pelindung, arca ini juga mencerminkan upaya politis Kerajaan Singosari dalam menguasai wilayah strategis di sekitar Sungai Brantas.

Lebih baru Lebih lama

Space Iklan

magspot blogger template

Iklan: 0878-5411-6203

Magspot Blogger Template
Magspot Blogger Template

نموذج الاتصال