Sejarah Desa Plandirejo: Berawal dari Pelarian Seorang Pengikut Pangeran Diponegoro

 

Sejarah Desa Plandirejo: Berawal dari Pelarian Seorang Pengikut Pangeran Diponegoro
(Foto: unsplash/@hikarino)
Bicara Blitar--Halo Dulur! Di sudut barat daya Kabupaten Blitar, terdapat sebuah desa yang tidak hanya kaya akan sejarah, tetapi juga penuh dengan dinamika kehidupan masyarakatnya.

Desa Plandirejo, yang terletak di dekat perbatasan Tulungagung dan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, menyimpan kisah tentang pergerakan para pejuang yang melarikan diri dari kekuasaan kolonial pada abad ke-19.

Sejarah Desa Plandirejo berawal dari masa akhir Perang Diponegoro pada tahun 1830. Setelah Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda, banyak pengikut setianya yang tersebar untuk menghindari kejaran penjajah.

Salah satu tokoh tersebut adalah Eyang Bronto Kusumo, seorang pelarian yang menemukan tempat perlindungan di wilayah yang saat itu masih berupa hutan belantara.

Dengan keberanian dan tekad, Eyang Bronto Kusumo membuka pemukiman baru yang kelak dikenal sebagai Desa Plandirejo, sekitar tahun 1865-1880.

Baca juga: Misteri dan Sejarah Kekunaan Jimbe, Tempat Wisata Religi di Blitar

Jejak sejarahnya masih terasa hingga kini. Petilasan Eyang Bronto Kusumo, dihormati sebagai tempat suci oleh penduduk desa dan dijaga dengan baik sebagai Punden desa. Setiap malam Jum’at, masyarakat dari berbagai tempat datang berziarah untuk memanjatkan doa, mengenang jasa pendiri desa ini.

Namun, pembentukan Desa Plandirejo tidak berhenti pada Eyang Bronto Kusumo. Sekitar tahun 1915, kepemimpinan desa mulai terorganisir dengan pengangkatan Ki Lurah Joyowinangun sebagai kepala desa pertama.

Di bawah kepemimpinannya, Plandirejo berkembang menjadi komunitas yang semakin kokoh dan melembaga. Selama lebih dari satu abad, desa ini telah dipimpin oleh 12 kepala desa yang menjaga kesinambungan tradisi dan perkembangan.

Saat ini, Plandirejo telah bertransformasi menjadi desa yang maju. Dengan luas 714 hektar, desa ini terbagi menjadi tiga dusun yakni Wonorejo, Sidorejo, dan Ngadirejo yang dihuni oleh lebih dari 3.700 jiwa.

Selain sektor pertanian yang menjadi mata pencaharian utama, industri mebel lokal menjadi sektor unggulan yang membantu meningkatkan perekonomian masyarakat. Warisan sejarah yang kaya dan semangat gotong-royong menjadikan Plandirejo sebagai desa yang tumbuh dengan kuat dan dinamis.

Lebih baru Lebih lama

Space Iklan

magspot blogger template

Iklan: 0878-5411-6203

Magspot Blogger Template
Magspot Blogger Template

نموذج الاتصال