(Foto: bululawang) |
Pohon ini tumbuh di selatan jembatan Seneng, sekitar 400 meter dari jembatan tersebut. Pohon bolu ini memiliki akar yang membelah jalan dan bentuknya menyerupai pintu atau lawang dalam bahasa Jawa. Dari sinilah muncul nama Bululawang, yang berarti "pintu bolu."
Dalam sejarah kepemimpinan desa, Bululawang telah mengalami beberapa pergantian pemimpin sejak masa kemerdekaan.
Pada masa Orde Lama, kondisi pemerintahan desa masih sangat sederhana, baik dari segi program maupun personal perangkat desa yang dikenal dengan sebutan Pamong Desa atau Bebau Desa. Rata-rata perangkat desa saat itu hanya memiliki pendidikan Sekolah Rakyat (SR).
Kepala desa yang tercatat mulai memimpin sejak 1968 adalah Abdul Khamd, yang menjabat hingga 1970. Setelah itu, desa dipimpin oleh S. Kartolo selama lebih dari dua dekade, dari 1970 hingga 1993.
Kepemimpinan kemudian beralih kepada beberapa pejabat sementara (PJ) dan kepala desa lainnya, termasuk Kuswadi, Akhiyat, dan Matal.
Baca juga: Sejarah Desa Wlingi: Warisan Pengikut Pangeran Diponegoro di Blitar
Pada tahun 2011, Sutikno menjadi kepala desa dan memimpin hingga 2017. Setelah beberapa bulan dijabat oleh pejabat sementara, Sutikno kembali terpilih dan memimpin desa hingga saat ini.
Desa Bululawang tidak hanya kaya akan sejarah, tetapi juga memiliki ikatan yang kuat dengan nilai-nilai tradisional dan cerita rakyat yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.