(Foto: Dokumentasi PK PMII UNU Blitar) |
Diskusi ini merupakan bagian dari peringatan September Hitam, yang mengenang pelanggaran HAM berat, khususnya pembunuhan aktivis HAM Munir yang terjadi pada 7 September 2004.
Reyda Hafis Alfiqi dihadirkan sebagai pemantik diskusi, dia adalah Pengurus Biro Kajian Rayon El-Freire, dan juga sebagai Sekretaris Jenderal PPMI DK Tulungagung.
Hafis mengungkapkan pentingnya peringatan ini sebagai bentuk refleksi dan ingatan kolektif terhadap pelanggaran HAM yang belum terselesaikan hingga hari ini.
“Menurut saya, fungsi peringatan September Hitam ini, untuk terus mengingat bahwa terdapat beberapa pelanggaran HAM berat yang telah dilakukan negara, dan sampai detik ini belum terselesaikan," kata Hafis.
Lebih lanjut, Hafis menyoroti bahwa setelah 20 tahun, kasus pembunuhan Munir masih belum menemui titik terang, terutama terkait pengungkapan dalang di balik peristiwa tersebut.
"Sudah 20 tahun kasus itu terjadi, namun hingga kini masih belum tuntas, sebab 'dalang' pembunuhannya belum terungkap," jelasnya.
Melalui diskusi ini, Hafis berharap agar anggota PMII UNU Blitar dapat memahami dan meresapi spirit perjuangan Munir dan pentingnya penegakan HAM.
Ia juga berharap agar mereka bisa meneruskan perjuangan tersebut dalam bentuk yang berbeda, menjadi penerus semangat Munir dalam memperjuangkan keadilan.
Baca juga: Menikmati Kriuknya Uceng Goreng di Warung Barokah Pak Sabar
"Jika Munir berkata bahwa yang tidak melawan apa-apa, itu bukan Islam. Maka saya mengatakan bahwa yang tidak belajar apa-apa, itu bukan PMII," tegas Hafis, menekankan pentingnya semangat belajar dan perjuangan dalam kehidupan organisasi mahasiswa.