(Foto: warisanbidaya.kemendikbud) |
Bicara Blitar--Halo Dulur! Reog Bulkiyo merupakan salah satu kesenian tradisional khas Blitar yang memiliki sejarah panjang dan kaya akan nilai-nilai budaya. Konon, kesenian ini diciptakan oleh para prajurit Pangeran Diponegoro pada tahun 1825 sebagai media latihan perang.
Meskipun awalnya digunakan untuk mempersiapkan para prajurit dalam pertempuran, seiring berjalannya waktu, Reog Bulkiyo berkembang menjadi seni pertunjukan yang kental dengan nilai-nilai Islam.
Dalam pertunjukan Reog Bulkiyo, penari diiringi oleh sepuluh alat musik, termasuk terbang, sronen (terompet), kempul, kenong, dan bende. Kesenian ini dibawa ke Blitar oleh Kasan Mustar dan Kasan Ilyas, dua prajurit Pangeran Diponegoro yang melarikan diri ke Blitar untuk menghindari penangkapan oleh Belanda.
Meskipun pertempuran telah usai, semangat perjuangan mereka terus hidup melalui gerakan-gerakan tari yang menggambarkan peperangan.
Yang menarik dari Reog Bulkiyo adalah bagaimana kesenian ini tetap mempertahankan bentuk aslinya sejak penciptaannya. Meskipun telah melewati lima generasi, pola gerak dan musik pengiring Reog Bulkiyo tidak mengalami banyak perubahan.
Bahkan, hingga saat ini, anggota kelompok Reog Bulkiyo di Desa Kemloko, Kecamatan Nglegok, Blitar, sebagian besar masih merupakan kerabat dari generasi sebelumnya.
Selain sebagai warisan budaya yang bernilai tinggi, Reog Bulkiyo juga memiliki berbagai fungsi dalam masyarakat Blitar. Selain sebagai sarana hiburan, kesenian ini juga berfungsi dalam upacara adat dan ritual, memperkuat nilai-nilai sosial seperti kekeluargaan dan gotong royong.
Bagi Anda yang penasaran dengan kekayaan budaya Blitar, menyaksikan pertunjukan Reog Bulkiyo di Desa Kemloko adalah pengalaman yang tak boleh dilewatkan.
Tidak hanya akan memanjakan mata dengan gerakan tari yang dinamis dan musik yang menggema, tetapi juga membawa kita lebih dekat pada sejarah panjang perjuangan dan spiritualitas masyarakat Blitar.