(Foto: sasmita.blitarkab) |
Candi ini memiliki nilai sejarah yang sangat penting karena merupakan tempat pendharmaan Raden Wijaya, raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Majapahit. Raden Wijaya, yang wafat pada tahun 1309, diabadikan di candi ini sebagaimana tercatat dalam Kitab Kakawin Negarakertagama Pupuh XLVII/3.
Meskipun sekarang kondisi Candi Simping hanya tersisa lantai pondasinya saja, bangunan ini dulunya merupakan candi yang megah dan ramping. Candi ini dibangun dengan batu andesit, yang berbeda dengan candi-candi lainnya di wilayah Trowulan, Mojokerto.
Bangunan candi ini memiliki batur setinggi 75 cm dengan panjang 600 cm dan lebar 750 cm, yang dihiasi relief berbagai binatang seperti singa, angsa, merak, burung Garuda, babi hutan, dan kera. Di bagian tengah batur candi, terdapat sebuah batu berbentuk kubus dengan ukuran 75 cm x 75 cm x 75 cm yang dipahat dengan relief kura-kura dan naga yang saling terkait.
Baca Juga: Jejak Raden Wijaya di Blitar
Candi Simping memiliki desain khas candi Jawa Timur dengan pintu utama yang dihiasi kepala Kala, tanpa dilengkapi dengan Makara, sebagaimana lazimnya candi di Jawa Timur. Di halaman candi juga ditemukan tiga Lingga-Yoni kecil dan beberapa patung yang kondisinya sudah rusak.
Sayangnya, kondisi Candi Simping saat ini tidak memungkinkan untuk dipugar karena terlalu banyak bagian candi yang hilang. Meskipun demikian, candi ini tetap menjadi saksi bisu sejarah dan pentingnya peran Raden Wijaya dalam pendirian Kerajaan Majapahit, serta nilai-nilai keagamaan yang dianut pada masa itu.