Bicara Blitar--Pondok Pesantren (ponpes) Nurul Huda yang berlokasi di Desa Kuningan, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar dipercaya sebagai titik awal penyebaran Islam di tanah Blitar.
Sisa-sisa bangunan ponpes masih nampak asli. Hanya ada beberapa bagian yang ditambahkan untuk menyesuaikan kebutuhan bangunan.
Di area ponpes, ada bangunan masjid yang masih berdiri kokoh, pemakaman, kolam, serta sejumlah rumah-rumah kuno yang berukuran cukup besar.
Sisa-sisa bangunan ponpes masih nampak asli. Hanya ada beberapa bagian yang ditambahkan untuk menyesuaikan kebutuhan bangunan.
Di area ponpes, ada bangunan masjid yang masih berdiri kokoh, pemakaman, kolam, serta sejumlah rumah-rumah kuno yang berukuran cukup besar.
Ponpes itu diperkirakan didirikan pada medio 1800-an oleh Syekh Abu Hasan, yang masih memiliki hubungan famili dengan Pangeran Diponegoro.
“Terkait tahun berdirinya kurang begitu tahu ceritanya. Tapi perkiraannya tahun itu,” kata generasi keempat Syekh Abu Hasan, Hasan Bisri, Ahad (26/3/2023).
Ulama yang memiliki nama asli Raden Panji Seputro itu, kata Hasan Bisri, juga pernah menyelamatkan 158 prajurit Pangeran Diponegoro saat melarikan diri saat terjadi perang Jawa.
"Dulu para prajurit itu ke sini, lalu diselamatkan oleh Mbah (Syekh Abu Hasan) saat berada di pondok ini," lanjut dia.
Masih di dalam area ponpes, ada kolam yang dulu menjadi tempat untuk menyucikan diri para ulama sebelum menjalankan ibadah di masjid.
"Sebelum salat para ulama menyucikan diri di tempat tersebut. Bahkan Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari juga pernah menyucikan diri di kolam tersebut,” ujarnya.
Dia menyebut, hubungan antara Syekh Abu Hasan dan Hasyim Asy’ari sebagai seorang guru dan murid. Abu Hasan adalah guru dari pendiri organisasi Nahdlatul Ulama tersebut.
Selain itu, antara kolam dan masjid dihubungkan batu yang digunakan untuk berjalan kaki. Jumlahnya mencapai 99 baru yang sama seperti jumlah Asmaul Husna.
Letak kolam tersebut memang berdekatan dengan sungai. Letaknya sekitar 50 meter dari Masjid Nurul Huda.
Salah satu pengunjung ponpes, Muhammad Dimas (22) mengaku rela datang jauh-jauh dari Kabupaten Tulungagung untuk melihat dari dekat ponpes tersebut.
"Saya biasa datang ke Blitar, cuman ya baru kali ini datang ke pondok ini. Tenang suasananya di sini, bikin adem," tandasnya.
“Terkait tahun berdirinya kurang begitu tahu ceritanya. Tapi perkiraannya tahun itu,” kata generasi keempat Syekh Abu Hasan, Hasan Bisri, Ahad (26/3/2023).
Ulama yang memiliki nama asli Raden Panji Seputro itu, kata Hasan Bisri, juga pernah menyelamatkan 158 prajurit Pangeran Diponegoro saat melarikan diri saat terjadi perang Jawa.
"Dulu para prajurit itu ke sini, lalu diselamatkan oleh Mbah (Syekh Abu Hasan) saat berada di pondok ini," lanjut dia.
Masih di dalam area ponpes, ada kolam yang dulu menjadi tempat untuk menyucikan diri para ulama sebelum menjalankan ibadah di masjid.
"Sebelum salat para ulama menyucikan diri di tempat tersebut. Bahkan Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari juga pernah menyucikan diri di kolam tersebut,” ujarnya.
Dia menyebut, hubungan antara Syekh Abu Hasan dan Hasyim Asy’ari sebagai seorang guru dan murid. Abu Hasan adalah guru dari pendiri organisasi Nahdlatul Ulama tersebut.
Selain itu, antara kolam dan masjid dihubungkan batu yang digunakan untuk berjalan kaki. Jumlahnya mencapai 99 baru yang sama seperti jumlah Asmaul Husna.
Letak kolam tersebut memang berdekatan dengan sungai. Letaknya sekitar 50 meter dari Masjid Nurul Huda.
Salah satu pengunjung ponpes, Muhammad Dimas (22) mengaku rela datang jauh-jauh dari Kabupaten Tulungagung untuk melihat dari dekat ponpes tersebut.
"Saya biasa datang ke Blitar, cuman ya baru kali ini datang ke pondok ini. Tenang suasananya di sini, bikin adem," tandasnya.