Melihat Cara Menjagal Nyawa di Film Jagal - The Act of Killing

Melihat Cara Menjagal Nyawa di Film Jagal - The Act of Killing
Salah satu scene di dalam film.
Bicara Blitar--Menonton film Jagal - The Act of Killing, karya sutradara asal Amerika Serikat Joshua Oppenheimer memang membuat bulu kuduk merinding.

Bagaimana tidak?

Sebagian penonton, kita diperlihatkan cara pembunuhan keji yang dilakukan oleh para preman ataupun algojo pada peristiwa pasca September 1965.

Dalam film yang rilis pada 1 November 2012 tersebut, para algojo memperagakan dengan detail cara mereka membunuh orang-orang yang dianggap bagian Partai Komunis Indonesia (PKI).

Adegan yang diperagakan, misalnya saat seseorang dibunuh menggunakan kawat yang ditali pada leher, kemudian ditarik hingga tewas.

Terus ada lagi yang dipukuli berkali-kali hingga tewas. Mereka yang tewas kemudian dibuang ke sungai di sekitar lokasi pembunuhan.

Selain itu, dalam film berdurasi 2 jam lebih itu, diperagakan pula orang yang kepala dilindas menggunakan kursi yang diduduki oleh para algojo.

Mereka (para algojo) memperagakan itu dengan bangga. Mereka ibarat seorang pahlawan yang patut dijunjung martabatnya.

Tak lupa, sesuai nama filmnya, ada juga pemeragaan pembunuhan secara jalal leher menggunakan pedang tajam. Ibarat seseorang yang menjagal sapi.

Dalam film, sesekali Joshua Oppenheimer--sutradara film juga bertanya kepada algojo apabila ada informasi yang kurang jelas. Pertanyaannya terkait dengan pembantaian dari algojo.

Lokasi pembuatan film berlokasi di Sumatera Utara. Di wilayah itu, para algojo berlatar belakang sebagai preman ataupun organisasi para militer, Pemuda Pancasila.

Tidak hanya para kader, simpatisan, ataupun terduga PKI yang menjadi korban, melainkan para orang-orang Cina juga menjadi korban.

Orang-orang Cina dijarah hartanya untuk dimanfaatkan oleh para preman untuk keinginannya.

Lebih lanjut, dalam menggali informasi dari para algojo, Joshua Oppenheimer mengikuti mereka pada beberapa kegiatan.

Dalam film ditunjukkan saat Joshua mengikuti para algojo di tempat terdahulu saat menghabisi nyawa orang-orang PKI.

Joshua juga diajak bertemu pimpinan koran Medan Post yang menjadi koran penyebar informasi pada zaman dulu.

Selain itu, sutradara asal Amerika tersebut, juga diajak jalan-jalan oleh para algojo, sembari para algojo menceritakan apa yang dilakukannya terhadap orang-orang PKI.

Terlepas dari film ini yang banyak dikecam oleh orang-orang yang anti terhadap PKI, film ini patut dijadikan referensi untuk melihat masa lalu yang lebih dalam. Terutama dari sudut pandang yang berbeda.
Lebih baru Lebih lama

Space Iklan

magspot blogger template

Iklan: 0878-5411-6203

Magspot Blogger Template
Magspot Blogger Template

نموذج الاتصال