Area pemakaman Syekh Abu Hasan di Desa Kuningan, Kanigoro, Blitar. (foto: Bicara Blitar) |
Itu dikatakan generasi keempat Syekh Abu Hasan, Ali Hasan Bisri saat menceritakan ulang sosok Syekh Abu Hasan dari ayah dan neneknya.
Saat di Sumberdiren, dia ketahuan keluarga dari Keraton Surakarta. Akhirnya pergi daerah yang lebih lebih selatan, yakni Dusun Salam, Desa Papungan.
"Dusun Salam Papungan yang membabati dulu mbah," kata Ali Hasan Bisri, Rabu 20 Juli 2022.
Setelah itu, menurutnya (menceritakan cerita ayah neneknya), di daerah tersebut Syekh Abu Hasan merasa tidak nyaman, karena anak turunnya dirasa bakal banyak yang bersifat tidak baik. Akhirnya pergi dia pergi ke daerah yang lebih selatan lagi, yakni Desa Kuningan, Kanigoro.
"Dulu di sini ada candinya kemudian dibangun masjid. Itu tahun 1727," ujarnya.
Hubungan Syekh Abu Hasan dengan Pangeran Diponegoro
Ali Hasan Bisri kemudian menceritakan hubungan Syekh Abu Hasan dengan Pangeran Diponegoro.
Dia menceritakan, Syekh Abu Hasan masih memiliki hubungan keluarga dengan Pangeran Diponegoro. Secara silsilah, ayah Syekh Abu Hasan menikahi kakak perempuan tertua dari Pangeran Diponegoro.
"Jadi kalau silsilah dengan Pangeran Diponegoro adalah keponakan," katanya.
Usia dari Syekh Abu Hasan dengan Pangeran Diponegoro hampir sama. Maka bisa dikatakan keduanya seperjuangan.
Perang Diponegoro (Perang Jawa) sendiri terjadi pada tahun 1825-1830.
Pada tahun 1826, Syekh Abu Hasan membantu 158 prajurit Pangeran Diponegoro untuk menyelamatkan diri saat peperangan. Kejadian itu terjadi di Kuningan, Kanigoro, Blitar .
"Bapak mbok kalau cerita kok seperti itu," ujar Hasan Bisri lagi.