Bicara Blitar--Kawasan Srenggapura merupakan bagian dari eks Kemaharajaan Kediri. Eksodus para brahmana dari Kediri menuju Bali dan Nusa Tenggara, menjadikan Kediri hilang dalam percaturan pemerintahan.
Srenggapura pun berjalan bernama nasibnya sendiri. Entah bagaimana terjadinya, nama Srenggapura kemudian menjadi Srengat. Seperti Ganter yang berubah menjadi Gentor. Dan Gunung Tetu yang berubah menjadi Gunung Betet.
Perjanjian Giyanti atau Palihan Nagari atau yang terjadi tanggal 13 Februari 1755 merupakan pembelahan Keraton Mataram menjadi dua, yaitu Kasunanan Kartasura di Solo dan Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat.
Dalam perjanjian itu, Srengat masuk wilayah kekuasaan Keraton Solo, sedangkan tetangganya, Tulungagung (masih bernama Ngrawa) menjadi wilayah Yogya.
Tapi dalam prakteknya, Kadipaten Srengat lalu dipimpin oleh putra Hamengku Buwono 1 yang bernama KPh Rekso Kusumo.
Trah keraton yang memimpin Srengat antara lain:
1. KPH Rekso Kusumo, tahun 1755 - 1788
2. KPH Joyo Dimingrat, tahun 1788 - …
3. KPH Merta Diningrat sampai … - 1830
Belanda yang rugi besar akibat Perang Diponegoro berusaha memutus kekuasaan keraton atas daerah bawahan di Jawa Timur yang dalam peta kerajaan disebut sebagai Bumi Manca Negari.
Istilah lain adalah kawasan Mataraman.
Dibuatlah dua Residensi, yaitu Madiun dan Kediri. Sebanyak 23 adipati di bawah residensi Madiun dan Kediri diundang ke Nganjuk, 13-14 Juli 1830 untuk ikut Perjanjian Spreh.
Adipati Srengat dan Laskar Diponegoro
Adipati Srengat, KPH Merta Diningrat berbeda sikap dengan 23 adipati se-Karesidenan Madiun dan Kediri.
la menyatakan setia kepada Raja Jawa, dan tidak mau diperintah Belanda. la tidak menghadiri Perjanjian Spreh karena tidak ada perintah dari Kasunanan Surakarta.
Akibat sikapnya itu, KPH Mertia Diningrat dicopot dari jabatannya. Dengan kepala tegak, ia memilih ke Sumoroto Ponorogo.
Sebagai ganti, Belanda mengangkat keturunan dari keraton baru yaitu Mangkunegaran. Ditunjukklah KPH Merta Kusuma yang merupakan cucu Mangkunegara 1.
Mangkunegara 1 dikenal juga bernama Pangeran Samberyawa, yang memimpin Legiun Mangkunegaran yang sepak terjangnya benar-benar menyusahkan Belanda.
Pengangkatan Merta Kusuma ini, ternyata di luar dugaan Belanda. Gelombang pelarian eks Laskar Diponegoro terjadi besar-besaran ke Srengat.
Bupati ini memberi kemudahan kepada para eks laskar menghindari kejaran Tentara Marsose.
Lalu membuka desa bersama sesama anggota kelompok, seperti laskar Sleman menghuni sisi utara menjadi Slemanan, Bagelenan, Dermojayan, Kranggan, Sutojayan, Purworejo, Tugurejo, Tambakboyo, dan lainnya.
RM Suryokusumo yang di medan perang populer bernama Kiai Zakaria 2, bersama pengikutnya, memilih ke Jugo dan lebih dikenal sebagai Mbah Jugo, yang meninggal pada tanggal 22 Januari 1871.
sumber: Ki Purwanto dalam Serat Blitar 14 Srenggapura
Tags
Sejarah