Nasib Musik Barat di Masa Pemerintahan Sukarno

Nasib Musik Barat di Masa Pemerintahan Soekarno
(foto: alenia.id)
Bicara Blitar--Di masa pemerintahannya, Sukarno pernah membuat kebijakan berbau anti kolonialisme dan imperialisme. Sukarno menginginkan revolusi dan memajukan kebudayan bangsa sendiri. 

Dia ingin ingin rakyatnya tidak terpengaruh budaya asing. Itu terlihat ketika tahun 60-an, ketika masa Demokrasi Terpimpin, Sukarno membuat kebijakan melarang musik seperti The Beatles. 

Sukarno menyebut musik mereka adalah musik "ngak, ngik, ngok" yang di mana lagu-lagunya menggambarkan rasa kesedihan, menangis, atau seperti suara anjing yang mengaung di malam hari.

Nasib Musik Barat di Masa Pemerintahan Soekarno
(foto: medcom.id)
Bung Karno ingin rakyatnya memiliki jiwa fighting nation, bukan jiwa yang klemak- klemek

Selain mempengaruhi rakyat secara psikologis, dirinya tidak ingin budaya gotong royong terancam dengan semangat kebebasan liberalisme politik, budaya, dan ekonomi yang dibawakan oleh lagu-lagu The Beatles.

Akibat kebijakan pemerintahan Soekarno ini, membuat band Koes Bersaudara (yang dikenal Koes Plus) juga terkena imbasnya. Lagu-lagu mereka dicekal dan album piringan hitam mereka dilarang beredar. 

Koes Bersaudara dianggap meniru The Beatles dan dapat mempengaruhi mental remaja Indonesia.

Dimasa itu, pemerintah memiliki otoritas yang kuat untuk menyeleksi kemudian membuat daftar putar lagu barat pilihannya sendiri. Hal ini wujud bagaimana pemerintah membatasi remaja untuk mengidolakan bintang musik barat.

Nasib Musik Barat di Masa Pemerintahan Soekarno
(foto: mazmur.id)
Suatu ketika di Maluku, Sukarno dan Ki Hajar Dewantara berdiskusi mengenai kebijakannya. Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa kita tidak bisa sebatas melarang remaja-remaja untuk tidak boleh bernyanyi dan menari. 

Menurut Ki Hajar Dewantara, bangsa ini harus mencari apa yang ada di Indonesia sendiri, sesuai dengan kepribadian bangsa.

Setelah melihat suguhan tarian Lenso, Soekarno akhirnya berpikiran untuk membuat sebuah dansa tandingan dengan dansa cha-chacha. Tarian Lenso akhirnya digunakan sebagai tari gila-gilaan.

Sukarno hanya ingin menyelaraskan Revolusi Bangsa dengan kepribadian bangsa. 

Bahwa remaja-remaja harus mempunyai mental yang kuat agar revolusi Indonesia tercapai dan bangga terhadap apa bangsa Indonesia miliki.

Lebih baru Lebih lama

Ikuti Kami

Magspot Blogger Template

نموذج الاتصال