Sutan Sjahrir |
Sutan Sjahrir lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat pada 9 Maret 1909 beliau adalah seorang perintis, intelektual dan revolusioner kemerdekaan Indonesia. Beliau juga merupakan perdana menteri pertama Indonesia dari 14 November hingga 20 Juni 1947.
Setelah lulus dari MULO pada 1926, ia masuk sekolah lanjutan (AMS) di Bandung, di sekolah ini beliau mulai aktif pada banyak kegiatan, mulai dari himpunan/organisasi, dan banyak kegiatan sosial lainnya. Beliau juga dikenal oleh polisi sebagai pemimpin redaksi Himpunan Pemuda Nasionalis.
Sampai pada akhirnya kegiatan sosial beliau berujung jadi politis, beliau juga termasuk 10 orang penggagas Jong Indonesie yang kemudian berubah nama jadi Pemuda Indonesia yang menjadi motor terlaksananya kongres pemuda yang mencetuskan Sumpah Pemuda pada 1928.
Setelah itu beliau melanjutkan sekolah di Belanda di Fakultas Hukum Universitas Amsterdam dan mendalami ilmu sosialisme. Pada penghujung tahun 1931 beliau kembali ke tanah air dan terjun ke pergerakan nasional, pengalaman proletarnya juga beliau praktikkan di tanah air.
Pada masa pendudukan Jepang ia mulai membangun pergerakan bawah tanah anti fasis, karena beliau yakin Jepang tidak akan memenangkan perang, situasi tersebut semakin terang karena Jepang makin terdesak oleh Sekutu.
Sjahrir mengetahui situasi tersebut melalui siaran berita luar negeri yang didengar melalui radio, lalu berita yang dapat ia sampaikan kepada bung Hatta. Karena sering mendengar siaran radio luar negeri ia menjadi orang pertama yang mengetahui bahwa Jepang telah kalah dari sekutu.
Setelah kabar tersebut, Sjahrir yang yang didukung yang didukung para pemuda segera mendesak Soekarno-Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan 15 Agustus 1945.
Namun hal tersebut tidak di respon positif oleh Soekarno-Hatta, yang mana Soekarno-Hatta masih menunggu keterangan dari pihak Jepang dan proklamasi harus sesuai prosedur PPKI, yang rencana akan diproklamasikan pada 24 September 1945.
Sikap kedua tokoh tersebut mengecewakan para pemuda, sehingga terjadilah peristiwa penculikan kedua tokoh tersebut untuk segera memproklamasikan kemerdekaan, yang dikenal sebagai peristiwa Rengasdengklok yang terjadi pada 16 Agustus 1945, lalu Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Setelah kemerdekaan pada November 1945 ia ditetapkan sebagai perdana menteri yang merangkap menteri luar negeri dan menteri dalam negeri.
Namun pada 26 Juni 1946, ia diculik oleh sebuah kelompok oposisi yang tidak puas atas kinerja kabinet Sjahrir II, kelompok ini menginginkan kedaulatan penuh(100% merdeka) sedangkan kabinet yang berkuasa hanya menuntut kedaulatan atas Jawa dan Madura.
Setelah kejadian penculikan tersebut, Sjahrir hanya bertugas sebagai Menteri dalam dan luar negeri, namun pada 2 Oktober 1946 ia ditunjuk kembali menjadi perdana menteri untuk melanjutkan perundingan Lingarjati, yang ditandatangani pada 15 November 1946.
Selama menjadi perdana menteri, kabinet Sjahrir(1945-1947) banyak mengalami berbagai tentangan dari bangsa sendiri, ia konsisten memperjuangkan kedaulatan RI melalui jalur diplomasi agar RI tidak runtuh dan perjuangan bangsa tidak menampilkan wajah bengis.
Dengan begitu Sjahrir menunjukkan ke dunia internasional bahwa RI adalah perjuangan bangsa yang beradab dan demokratis.
Pada akhir hidupnya di tahun 1948 ia mendirikan Partai Sosialis Indonesia(PSI), namun pada pemilu pertama RI 1955 PSI gagal mengumpulkan suara. Sayangnya pada 1958 hubungan Sjahrir dan Soekarno memburuk sampai akhirnya PSI dibubarkan pada 1960.
Setelah itu ia sempat dipenjara tanpa diadili (1962-1966) sampai menderita stroke. Lalu ia diizinkan untuk berobat ke Zurich, Swiss. Sampai akhirnya ia meninggal pada 9April 1966 di Zurich, Swiss.
Ia dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta. Ia ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 9 April 1966 melalui Keppres nomor 76 tahun 1966.
#Terimakasih
#Jasmerah
#PanjangUmurRepublikIndonesia