Irfan Jaya dan Pratama Arhan. (foto: Instagram/PSSI) |
PSSI mengumumkan, alasan pengundurkan diri karena dua hal:
Pertama, 7 pemain dan 1 ofisial tim terkonfirmasi positif Covid-19.
7 pemain itu antara lain, Ronaldo Joybera R Junior, Muhammad Ferrari, Braif Fatari, Irfan Jauhari, Ahmad Figo Ramadhani dan Cahya Supriyadi.
Hal tersebut jelas bisa membuat Timnas pontang-panting dalam turnamen dengan minimnya jumlah pemain.
Reaksi cepat langsung keluar dari coach Shin Tae-Yong ia langsung mengirim surat resmi ke PSSI terkait kondisi pemainnya.
Ia mengusulkan agar keikutsertaan Timnas yang notabene juga sebagai juara bertahan turnamen itu dibatalkan karena kondisi tersebut.
Untuk menindaklanjuti usulan dari coach Shin Tae-Yong, PSSI langsung mengadakan rapat koordinasi untuk memutuskan hal tersebut.
Keputusan diambil setelah tes PCR seluruh pemain dan ofisial keluar, hasilnya seperti yang sudah disinggung di atas.
Selain itu, 4 pemain juga sedang mengalamai masa inkubasi karena memiliki kontak erat dengan 7 pemain yang terkonfimasi Covid-19.
Keempat pemain tersebut yakni Alfeandra Dewangga, Genta Alparedo, Muhammad Kanu dan Marselino Ferdinan.
Kedua, ada 3 pemain timnas yang sedang dalam masa pemulihan dari cedera. Cedera tersebut diperoleh saat pemain itu berkompetisi di Liga 1.
Ketiga pemain ini adalah Gunansar Mandowen, Ramai Rumakiek dan Muhammad Iqbal.
Tentunya hal ini berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan PSSI dan PT. LIB saat ini, di mana mereka tetap memaksakan klub yang mengalami badai Covid-19 maupun badai cedera tetap bermain.
Contohnya seperti yang telah dialami oleh Persela Lamongan dan Madura United. Bahkan, kedua tim itu hanya menyisakan 2 pemain cadangan dari Persela dan 3 dari Madura United.
Tentunya hal tersebut akan sangat merugikan bagi kedua klub dan juga pemainnya karena mereka dipaksa untuk terus bermain dalam kondisi apapun.
Mungkin untuk alasan yang pertama kita masih bisa menerimanya karena memang Covid-19 varian Omicron sedang menggila di Indonesia.
Tapi, untuk alasan kedua untuk saya yakin kebanyakan fans sepakbola lain mungkin tidak bisa menerimanya.
Sebab, alasan yang kedua masih bisa dikendalikan dengan cara penundaan pertandingan ataupun memberi break sebentar.
Atau mungkin mereka sengaja menepikan rasa kemanusiaan, kelayakan, dan kelayakan demi kejar tayang? We never know
#SelamatkanSepakBolaKita
Terimakasih